12 November 2022, 12:49 WIB

Jokowi Ajak Pemimpin ASEAN Plus Three Kerja Sama Atasi Krisis


Indriyani Astuti | Internasional

 ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
  ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Presiden Joko Widodo (kiri)

PRESIDEN Joko Widodo atau akrab disapa Jokowi mengajak para pemimpin ASEAN Plus Three bekerja sama untuk menghadapi krisis. Hal itu disampaikan presiden dalam pertemuan KTT ke-25 ASEAN Plus Three (APT) yang digelar di Hotel Sokha, Phnom Penh, Sabtu, (12/11).

ASEAN Plus Three merupakan kerja sama antara 10 pemimpin negara ASEAN ditambah Jepang, Korea Selatan dan Tiongkok.

“APT lah yang menyelamatkan kita dari krisis keuangan global 2008. Solidaritas dan kerja sama yang membuat ekonomi kawasan mampu bertahan. Sekarang kita kembali diuji dengan krisis global yang lebih dahsyat. Saya sangat percaya dengan spirit yang sama kita mampu menghadapi krisis saat ini,” ujar Presiden Jokowi.

Pada kesempatan itu, Presiden Jokowi menggarisbawahi tiga isu yang dapat menjadi fokus kerja sama yaitu krisis pangan, resesi ekonomi, serta stabilitas keamanan dan perdamaian kawasan.

“Pertama, krisis pangan harus dihindari, mekanisme ketahanan pangan kawasan harus diperkuat dan cadangan beras darurat APT harus ditingkatkan,” jelas presiden.

Dalam menanggulangi krisis pangan, presiden mengusulkan pemerapan teknologi produksi beras berkelanjutan. Selain itu, untuk mengamankan rantai pasok dan kestabilan harga beras, Jokowi menginginkan agar produksi beras terintegrasi dengan sistem logistik anggota APT. Terkait resesi ekonomi yang mengancam kawasan, kepala negara mengatakan perlu ada stabilitas keuangan melalui sinergi berbagai perangkat finansial APT khususnya Chiang Mai Initiative Multilateralisation.

Baca juga: Tak Gentar Usai Ditembak, Khan Kembali Beraksi

Perjanjian Chiang Mai Initiative Multilateralization (CMIM) ditandatangani oleh para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral Negara-negara ASEAN+3 serta Otoritas Moneter Hong Kong, China, pada akhir Desember 2009.

CMIM merupakan fasilitas bantuan keuangan regional yang ditujukan untuk mengatasi kesulitan neraca pembayaran dan likuiditas jangka pendek serta untuk melengkapi fasilitas pendanaan internasional lain yang telah ada.

"Ketika ada ancaman krisis finansial, sinergi ini memungkinkan kita untuk peroleh peringatan dini atau _early warning_ dan dukungan likuiditas” ujar presiden.

Pada pertemuan itu, presiden menekankan pentingnya penguatan infrastruktur keuangan nasional melalui koordinasi antarlembaga keuangan dan bank sentral, peningkatan mobilisasi sumber daya domesti, dan kecermatan menjaga inflasi.

Isu terakhir, menurut presiden sinergitas diperlukan demi menjaga stabilitas, keamanan dan perdamaian kawasan. Kompetisi antarnegara, imbuhnya, perlu dikelola dengan baik sehingga tidak berubah menjadi konflik.

"Dan hukum internasional harus selalu dihormati,” tegas presiden. (OL-4)

BERITA TERKAIT