TAIWAN mendesak Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO) untuk segera memberikan status keanggotaan. Dunia dapat mengambil pelajaran dari industri penerbangan Taiwan yang bertahan di tengah pandemi covid-19.
"Kami menyerukan ICAO untuk mengikutsertakan Taiwan demi terwujudnya penerbangan yang lancar," tegas Menteri Perhubungan Taiwan Wang Kwo-tsai, dalam keterangan tertulis yang diterima awak media, Rabu (28/9).
ICAO akan menggelar sidang tiga tahunan ke-41 mulai 27 September hingga 7 Oktober di Montreal, Kanada. Ini akan menjadi acara terbesar organisasi tersebut sejak mulainya pandemi covid-19 dan menjadi simbol untuk mendukung pemulihan sektor penerbangan.
Baca juga: Hong Kong dan Taiwan Cabut Kewajiban Karantina bagi Pendatang
Ia mengatakan kolaborasi di antara semua pihak maskapai dalam mendukung kesehatan penumpang dan perjalanan yang aman menjadi lebih penting dibanding sebelumnya, sehingga tidak boleh ada otoritas penerbangan sipil yang diabaikan.
ICAO akan mengadakan sesi Majelis ke-41 dengan tujuan menghubungkan kembali dunia, dan Taiwan merasa partisipasi merka dapat membantu dunia memenuhi tujuan tersebut.
Wang mengatakan bahwa Taiwan’s Taipei Flight Information Region (Taipei FIR) adalah bagian dari jaringan ICAO yang memiliki lebih dari 300 FIR.
"Administrasi Penerbangan Sipil Taiwan (CAA Taiwan) adalah satu-satunya entitas yang mengawasi dan bertanggung jawab atas manajemen lalu lintas udara yang aman di seluruh Taipei FIR. Entitas ini menawarkan layanan informasi yang lengkap dan merampingkan rute udara untuk memastikan keselamatan semua pesawat dan penumpang yang tiba, berangkat, dan transit di Taipei FIR," ujar Wang.
Namun, lanjut dia, upaya Taipei FIR terhambat oleh tindakan Tiongkok baru-baru ini. Agustus lalu, Tiongkok secara sepihak melakukan latihan militer di sekitar Taiwan. Hal ini disebut Wang memengaruhi rute udara internasional dan membahayakan keselamatan penerbangan di Taipei FIR serta FIR negara tetangga.
Dalam upaya menghindari bahaya dan mengatasi masalah keselamatan, CAA Taiwan harus mengambil tindakan cepat untuk menyusun rencana, dan memandu pesawat, termasuk sejumlah pesawat asing yang berangkat, tiba, atau transit di Taipei FIR.
Situasi tersebut telah membebani maskapai penerbangan dengan biaya tambahan, karena mereka harus menempuh perjalanan yang lebih lama dan mahal, serta meningkatnya risiko keamanan yang tidak terduga.
Dari perspektif manajemen risiko dan keselamatan, ICAO perlu mengizinkan CAA Taiwan untuk berpartisipasi dalam ICAO sehingga dapat berkomunikasi dengan FIR lain secara tepat waktu melalui organisasi internasional ini.
Berbagi pengalaman penerbangan Taiwan untuk tujuan penerbangan bebas hambatan
Terlepas dari pandemi covid-19 yang telah berdampak terhadap perkembangan dunia selama dua tahun terakhir ini, Wang mengatakan CAA Taiwan telah melakukan segala upaya untuk mempertahankan rekor keamanan yang kuat dari Taipei FIR, sembari mematuhi langkah-langkah antipandemi dan mematuhi standar dan rekomendasi praktik ICAO.
Dengan upaya bersama oleh pihak penerbangan sipil dan pemerintah, Wang mengatakan maskapai nasional Taiwan menjadi satu dari sedikit maskapai di seluruh dunia yang tetap menguntungkan dan tidak melakukan pemutusan hubungan kerja.
Selain itu, menurut statistik Airports Council International untuk tahun 2020 dan 2021, Bandara Internasional Taoyuan Taiwan adalah bandara tersibuk keempat di dunia untuk kargo udara internasional.
Kemajuan teknologi telah menyebabkan perkembangan dan perubahan yang belum pernah terjadi dalam sejarah penerbangan. Drone (pesawat terbang nirawak) adalah salah satu contohnya. Penggunaan drone yang lebih luas dan menimbulkan risiko potensial terhadap keselamatan penerbangan serta operasi bandara, telah mendorong ICAO untuk merevisi ketentuan dalam materi panduan terkait sistem pesawat tak berawak.
Namun, akses untuk memperoleh informasi dari ICAO sangat terbatas bagi CAA Taiwan. Meski demikian, kata Wang, CAA Taiwan telah membentuk mekanisme manajemen secara tepat waktu guna menjaga keselamatan penerbangan di dalam FIR Taipei.
Bab khusus tentang drone dalam Undang-Undang Penerbangan Sipil Taiwan mulai berlaku sejak 31 Maret 2020. Sistem aplikasi berbasis web yang disebut Sistem Informasi Manajemen Operasi Drone juga dimulai pada saat yang bersamaan.
Selanjutnya, untuk menjaga keamanan pengoperasian bandara dan mendeteksi aktivitas drone ilegal, CAA Taiwan menyiapkan sistem pertahanan drone di berbagai bandara. Selain itu, CAA Taiwan juga telah merencanakan sistem pengaturan otomatis lalu lintas udara generasi berikutnya untuk memastikan sistem manajemen lalu lintas udaranya memenuhi kebutuhan operasional Taipei FIR di masa depan.
Wang menyebut, Taiwan bersedia berbagi pengalaman penerbangannya dengan negara lain dan berharap dapat mempelajari pengalaman untuk meningkatkan keselamatan penerbangan. Mendesak masyarakat internasional untuk mendukung partisipasi Taiwan di ICAO.
Seruan Taiwan untuk masuk dalam ICAO, semakin mendapat perhatian dunia internasional. Sebagai bagian penting dalam komunitas penerbangan internasional, Taiwan bertanggung jawab untuk menjaga keselamatan penerbangan.
"Partisipasi dalam ICAO akan memungkinkan Taiwan bersama dengan semua negara lain berkontribusi dalam penerbangan global dan kesejahteraan seluruh umat manusia," jelasnya.
Selama bertahun-tahun, sebut Wang, CAA Taiwan telah mempertahankan standar layanan dan keamanan terbaik untuk Taipei FIR demi mematuhi Standar dan Rekomendasi Praktik dari ICAO. Tema dari ICAO, menghubungkan kembali dunia.
"Sekarang saatnya ICAO berhubungan kembali dengan Taiwan. Agar lebih berkontribusi dalam penerbangan sipil internasional, CAA Taiwan berharap dapat berbagi pengalaman dan praktik terbaiknya dan berpartisipasi dalam Majelis ke-41 ICAO secara bermakna dan profesional untuk membantu dunia memenuhi tujuan ICAO, yakni terwujudnya jaringan yang lancar demi keselamatan penerbangan," pungkas Wang. (OL-1)