PEMIMPIN junta Myanmar, Jenderal Min Aung Hlaing, kembali melakukan lawatan ke Rusia pada Senin (5/9). Pada Juli, dia juga menginjakan kaki di Negeri Beruang Merah.
Sejak melakukan kudeta pada Februari 2021, Min dilarang mewakili Myanmar di sebagian besar pertemuan internasional.
Ia dinilai tidak mewakili Myanmar usai menumbangkan pemimpin yang terpilih secara demokratik, Aung San Suu Kyi.
Rusia merupakan negara pengekspor peralatan militer kepada Myanmar. Rusia juga merupakan salah satu negara pertama yang menyuarakan dukungan untuk junta.
"Pemimpin junta akan menghadiri pertemuan puncak ekonomi, mengunjungi beberapa landmark, universitas dan pabrik. Para menteri serta pejabat senior militernya juga akan bertemu mitranya di Rusia," ungkap laporan media lokal.
Rusia telah memberi bantuan kepada Myanmar vaksin Covid-19 selama pandemi.
Sementara itu, Myanmar berencana mengimpor gas dan bahan bakar minyak Rusia untuk meredakan kekhawatiran pasokan, karena Rusia sedang mencari sumber bisnis baru di tengah sanksi gempuran Barat atas invasi di Ukraina.
Baca juga: Israel Akhirnya Akui Prajuritnya Bertanggung Jawab Atas Tewasnya Abu Akleh
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan para aktivis menuduh militer Myanmar melakukan kekejaman dan kejahatan terhadap kemanusiaan. Mereka mendesak masyarakat internasional untuk menghentikan penjualan senjata ke Myanmar.
Militer Myanmar saat ini mengaku sedang memerangi teroris dan berusaha memulihkan perdamaian di seantero negeri. Min Aung Hlaing pernah berjanji akan menegakkan kembali pemerintahan demokratis setelah pemilihan umum 2020 yang disebutnya telah dipenuhi kecurangan. (Aljazeera/Cah/OL-09)