MENYUSUL gejolak pertempuran terburuk di Jalur Gaza sejak perang 11 hari tahun lalu, berikut ini tinjauan kembali pada konflik mematikan utama antara Israel dan Palestina sejak 2014..
Konflik mematikan
Pada Juli 2014, Israel meluncurkan Operation Protective Edge sebagai tanggapan atas tembakan roket dari kelompok militan Hamas yang menguasai Gaza. Perang 50 hari berikutnya di daerah kantong Palestina tersebut menjadi yang ketiga antara negara Yahudi dan Hamas, setelah yang terjadi pada 2008 dan 2012.
Sekitar 2.250 warga Palestina tewas dalam pertempuran itu. Sebagian besar warga sipil. Korban tewas di Israel sekitar 74, sebagian besar tentara.
Ketegangan kembali terjadi
Setahun kemudian, bentrokan meletus antara polisi Israel dan warga Palestina pada September 2015 di kompleks Masjid Al-Aqsa di Jerusalem. Kerusuhan berlanjut selama berhari-hari, menyebar ke seluruh Jerusalem dan Tepi Barat yang diduduki.
Pada Oktober, pasangan pemukim tewas ketika warga Palestina menembaki kendaraan mereka. Pada bulan yang sama, tujuh pemuda Palestina tewas oleh tembakan Israel di perbatasan Gaza.
Serangan Israel di Gaza membunuh seorang wanita hamil dan putrinya. Antara Oktober 2015 dan Desember 2016, kerusuhan merenggut nyawa 240 warga Palestina--kebanyakan dari mereka adalah penyerang--dan 36 warga Israel.
Titik nyala kompleks masjid
Jerusalem, yang disengketakan antara Israel dan Palestina yang sama-sama mengeklaimnya sebagai ibu kota mereka, menjadi lokasi serangan yang sering terjadi sepanjang 2017. Pada Juli, tiga orang Arab Israel menembak mati dua petugas polisi Israel di Kota Tua Jerusalem sebelum menembak diri mereka sendiri di kompleks masjid Al-Aqsa.
Pada Desember, Presiden AS saat itu Donald Trump memicu kemarahan Palestina ketika dia mengakui Jerusalem sebagai ibu kota Israel.
March of Return
Ketegangan meningkat sejak Maret 2018 ketika orang-orang Palestina meluncurkan protes Great March of Return. Ini untuk menuntut hak kembali ke rumah di wilayah Israel sebagai asal tempat mereka melarikan diri atau diusir selama pembentukan negara Yahudi.
Puluhan ribu warga Palestina berkumpul di sepanjang penghalang yang memisahkan Gaza dari Israel. Beberapa melemparkan batu dan bom molotov. Penembak jitu Israel menanggapi dengan tembakan langsung terhadap protes biasa.
Pada Mei, di hari kedutaan AS secara resmi dipindahkan dari Tel Aviv ke Yerusalem, tentara Israel membunuh sekitar 60 warga Palestina selama protes yang dibatasi sejumlah penghalang.
Pada Mei 2019, empat warga sipil Israel dan 25 warga Palestina, termasuk setidaknya sembilan militan, tewas. Ini terjadi dalam serangan kekerasan baru ketika Hamas dan pejuang Jihad Islam di Gaza menembakkan ratusan roket ke Israel yang membalas dengan serangan tank dan udara.
Dari Maret 2018 hingga akhir 2019, tembakan Israel menewaskan sedikitnya 350 warga Palestina. Delapan orang Israel juga tewas.
Jerusalem Timur dan Gaza
Setelah bentrokan dan ketegangan yang meningkat di Jerusalem timur yang dicaplok Israel pada April 2021, kekerasan berdarah menandai awal Mei. Ini dipicu oleh upaya selama bertahun-tahun oleh pemukim Yahudi akan mengambil alih rumah orang Arab di lingkungan Sheikh Jarrah.
Bentrokan besar pecah pada 7 Mei ketika umat Islam memadati kompleks masjid Al-Aqsa untuk salat Jumat terakhir bulan suci Ramadan. Warga Palestina melemparkan batu, botol, dan kembang api ke arah polisi yang menembakkan peluru berlapis karet dan granat kejut.
Baca juga: Israel Runtuhkan Rumah Warga Palestina Diduga Membunuh dengan Kapak
Sekitar 900 warga Palestina terluka dalam bentrokan dengan polisi Israel di kompleks tersebut pada hari-hari berikutnya. Dari 10 hingga 21 Mei, 260 warga Palestina tewas oleh serangan Israel di Gaza, sementara roket dari Gaza membunuh 13 orang. Dalam 11 hari, 25 warga Palestina juga dibunuh oleh pasukan Israel di Tepi Barat.
Serangan pisau berkobar
Pada 22 Maret, empat orang tewas ketika seorang simpatisan kelompok ISIS yang dihukum melakukan penusukan dan mengamuk dengan mobil di kota selatan Beersheba di gurun Negev Israel. Penyerang ditembak mati oleh penduduk setempat yang bersenjata.
Dalam minggu-minggu berikutnya, kekerasan meningkat dengan gelombang serangan di Israel dan Tepi Barat. Sebanyak 19 orang, kebanyakan warga sipil, tewas. Selama periode yang sama, setidaknya 55 warga Palestina tewas, sebagian besar di Tepi Barat yang diduduki.
Jihad Islam
Pada 1 Agustus, tentara Israel menangkap Bassem al-Saadi, seorang pemimpin senior Jihad Islam di Tepi Barat. Beberapa hari kemudian, pasukan Israel memperluas serangan mereka terhadap Jihad Islam, mengumumkan penangkapan 19 anggota kelompok di Tepi Barat, sambil melancarkan serangan lebih lanjut terhadap sasaran militan di Gaza.
Pertempuran sengit sejak Jumat telah menewaskan 44 orang, menurut kementerian kesehatan Gaza, dengan 15 anak-anak di antara yang tewas. Israel mengatakan beberapa warga Gaza, termasuk beberapa anak-anak, tewas oleh tembakan roket militan yang salah. Gencatan senjata mulai berlaku Minggu (7/8) malam. (AFP/OL-14)