13 June 2022, 14:24 WIB

100 Hari Invasi, Rusia Raup US$98 Miliar dari Ekspor Bahan Bakar


Nur Aivanni | Internasional

AFP
 AFP
Potret kilang pengolahan minyak milik Gazprom Neft yang berlokasi di Moskow, Rusia.

RUSIA memperoleh 93 miliar euro (US$98 miliar) dari ekspor bahan bakar fosil selama 100 hari pertama invasinya di Ukraina.

Menurut laporan Pusat Penelitian Energi dan Udara Bersih (CREA), sebagian besar bahan bakar dikirim ke Uni Eropa. Ukraina pun mendesak negara-negara Barat untuk memutuskan semua perdagangan dengan Rusia.

Awal bulan ini, Uni Eropa setuju untuk menghentikan sebagian besar impor minyak dari Rusia. Meski blok tersebut bertujuan mengurangi pengiriman gas hingga dua pertiga tahun ini, embargo nyatanya belum terjadi saat ini.

Baca juga: Lebih dari 1.000 Tentara Ukraina Dikirim ke Rusia untuk Penyelidikan

Dari laporan tersebut, diketahui Uni Eropa mengambil 61% dari ekspor bahan bakar fosil Rusia selama 100 hari pertama perang di Ukraina. Nilai impor yang dicatatkan Uni Eropa mencapai 57 miliar euro (US$60 miliar).

Importir teratas untuk bahan bakar fosil dari Rusia adalah Tiongkok sebesar 12,6 miliar euro, Jerman dengan 12,1 miliar euro dan Italia sebesa 7,8 miliar euro.

Pendapatan bahan bakar fosil Rusia datang pertama dari penjualan minyak mentah (46 miliar), diikuti oleh pipa gas, produk minyak, gas alam cair (LNG) dan batu bara.

Baca juga: McDonald's Rusia Rebranding Menjadi Vkusno & Tochka

Bahkan, ketika ekspor Rusia anjlok pada Mei, kenaikan harga bahan bakar fosil dunia terus mengisi pundi-pundi Kremlin. Diketahui, pendapatan dari kinerja ekspor mencapai rekor tertinggi.

Menurut laporan CREA, harga ekspor rata-rata Rusia sekitar 60% lebih tinggi dari tahun lalu. Beberapa negara telah meningkatkan pembelian bahan bakar dari Moskow, termasuk Tiongkok, India, Uni Emirat Arab dan Prancis.

"Uni Eropa sedang mempertimbangkan sanksi yang lebih ketat terhadap Rusia. Prancis telah meningkatkan impornya untuk menjadi pembeli LNG terbesar di dunia," ujar analis CREA Lauri Myllyvirta.(AFP/OL-11)

BERITA TERKAIT