UNI Eropa (UE), pada Kamis (20/1), mengumumkan telah mulai membangun kembali "kehadiran minimal" di Kabul untuk memfasilitasi pengiriman bantuan kemanusiaan di Afghanistan.
"Kehadiran minimal kami di Kabul sama sekali tidak boleh dilihat sebagai pengakuan pemerintah Taliban di sana," kata juru bicara urusan luar negeri Uni Eropa Peter Stano dalam sebuah pernyataan.
"Ini juga telah dikomunikasikan dengan jelas kepada otoritas de facto," tambahnya.
Untuk diketahui, Afghanistan berada dalam cengkeraman bencana kemanusiaan, diperparah oleh pengambilalihan Taliban pada Agustus 2021 yang mendorong negara-negara Barat untuk membekukan bantuan internasional dan akses ke aset bernilai miliaran dolar yang disimpan di luar negeri.
Negara itu hampir seluruhnya bergantung pada bantuan asing di bawah pemerintah yang didukung AS sebelumnya.
Dan belum ada negara yang mengakui Taliban, dengan sebagian besar negara mengamati untuk melihat bagaimana kelompok tersebut membatasi kebebasan.
Sesaat sebelum Stano membuat pernyataannya, seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri Afghanistan mengatakan di Twitter bahwa Uni Eropa membuka kembali kedutaan dengan kehadiran permanen di Kabul untuk pertama kalinya dalam lima bulan.
Dalam pernyataannya, Stano mengatakan bahwa UE telah mulai membangun kembali kehadiran minimal staf Delegasi UE internasional untuk memfasilitasi pengiriman bantuan kemanusiaan dan memantau situasi kemanusiaan.
Komunitas internasional sedang menunggu untuk melihat bagaimana tujuan Taliban dalam memerintah Afghanistan, setelah sebagian besar mengabaikan hak asasi manusia selama masa kekuasaan pertama mereka antara tahun 1996 dan 2001.
Sementara Taliban mengklaim telah memodernisasi, sebagian besar perempuan masih dikecualikan dari pekerjaan publik dan sekolah menengah untuk anak perempuan sebagian besar tetap ditutup.
Beberapa negara, termasuk Tiongkok, Rusia, Turki, Uni Emirat Arab dan Iran tetap membuka kedutaan mereka di Kabul sejak kemenangan Taliban tahun lalu, tetapi belum secara resmi mengakui pemerintahan mereka.
Para diplomat Barat mulai mengevakuasi personel mereka pada paruh pertama tahun 2021, ketika pasukan Amerika memulai operasi untuk menarik diri secara permanen dari Afghanistan.
Penarikan pasukan AS itu mencapai puncaknya pada akhir Agustus dengan evakuasi 120.000 orang yang kacau setelah penaklukan kilat Taliban di negara itu. (AFP/Nur/OL-09)