29 December 2021, 06:45 WIB

Save the Children Pastikan Dua Stafnya Tewas dalam Pembantaian di Myanmar


Basuki Eka Purnama | Internasional

AFP/Handout / KARENNI NATIONALITIES DEFENSE FORCE (KNDF)
 AFP/Handout / KARENNI NATIONALITIES DEFENSE FORCE (KNDF)
Bangkai kendaraan tempat ditemukannya lbih dari 30 jenazah yang hangus terbakar di Hpruso, Negara Bagian Kayah, Myanmar.

LSM Save the Children, Selasa (28/12), mengonfirmasi bahwa dua stafnya tewas dalam pembantaian saat malam Natal yang menewaskan lebih dari 30 orang di Myanmar, yang disebut dilakukan oleh junta militer.

Pejuang antijunta menemukan sekitar 30 jenazah yang hangus, termasuk perempuan dan anak-anak di sebuah jalan raya di timur Negara Bagian Kayeh, tempat pejuang prodemokrasi melakukan perlawanan terhadap militer Myanmar.

Myanmar telah dilanda kekacauan sejak militer melakukan kudeta, Februari lalu, dengan lebih dari 1.300 orang tewas oleh aksi kekerasan yang dilakukan militer.

Baca juga: PBB Kecam Pembantaian Warga Sipil di Myanmar

Berbagai kelompok yang menamakan diri Kekuatan Pertahanan Rakyat bermunculan di berbagai penjuru Myanmar untuk melawan junta militer.

Save the Children, dalam sebuah pernyataan resmi, mengonfirmasi bahwa dua stafnya berada d antara setidaknya 35 orang, termasuk perempuan dan anak-anak, yang tewas dibunuh.

"Militer meaksa mereka turun dari mobil, kemudian membunuh dan membakar mereka," ungkap Save the Children sembari menambahkan bahwa kedua staf mereka baru saja menjadi ayah.

Salah satu dari staf itu bekerja sebagai pelatih guru sementara yang lain telah bekerja di Save the Children selama enam tahun.

"Kabar ini sangat mengerikan," ujar Eksekutif Kepala Save the Children Inger Ashing.

"Kami sangat terpukul dengan aksi kekerasan yang dilakukan terhadap warga sipil dan staf kami, yang merupakan pekerja kemanusiaan, membantu jutaan anak di berbagai penjuru Myanmar," lanjutnya. (AFP/OL-1)

BERITA TERKAIT