25 December 2021, 20:58 WIB

Korban Topan Rai di Filipina Lewati Natal di tengah Keterbatasan


Atikah Ishmah Winahyu | Internasional

AFP/Ferdinandh Cabrera.
 AFP/Ferdinandh Cabrera.
Anak-anak menunjukkan papan ucapan Natal saat mereka meminta sedekah di sepanjang jalan raya di Kota Surigao, Surigao City, Filipina.


PASTOR Ricardo Virtudazo berdiri di atas genangan air di gerejanya yang dilanda topan di Filipina selatan. Ia menyampaikan misa Hari Natal kepada puluhan umat yang tahun ini menginginkan atap baru, makanan, dan cuaca cerah.

Lebih dari seminggu setelah Topan Rai membelah kepulauan itu, menewaskan hampir 400 orang, dan membuat ratusan ribu orang kehilangan tempat tinggal, para penyintas berpegang teguh pada keluarga dan keyakinan setelah rumah mereka dan perayaan yang direncanakan musnah. "Yang penting kita semua selamat," kata Joy Parera, 31, yang menghadiri misa Natal bersama suaminya di gereja Paroki San Isidro Labrador di kota Alegria, ujung utara pulau Mindanao.

Hujan rintik-rintik membasahi bangku-bangku dan lantai keramik putih gereja yang rusak itu. Ada lubang menganga di atap setelah Rai memporak-porandakan area tersebut.

Para jemaah mengenakan masker saat mereka berkumpul di dalam gereja yang dihiasi dengan dekorasi Natal dan berdoa untuk tahun yang lebih baik. "Kami masih memiliki harapan," kata Virtudazo. "Terlepas dari malapetaka yang mereka alami, mereka masih memiliki iman kepada Tuhan,” imbuhnya.

Natal adalah salah satu peristiwa terpenting dalam kalender Kristen. Di Filipina yang mayoritas Katolik, keluarga biasanya berkumpul untuk makan bersama. Tetapi kerusakan yang disebabkan oleh Rai di wilayah selatan dan tengah negara itu telah mengurangi kemeriahan perayaan karena banyak orang yang kekurangan air minum dan makanan.

Pulau Mindanao, Siargao, Dinagat dan Bohol termasuk di antara yang paling hancur akibat badai. Musibah itu mematikan listrik, merobek atap, menghancurkan bangunan kayu, tiang listrik beton yang roboh, dan pohon tumbang. Besaran kerusakan, minimnya sinyal telepon seluler atau internet di berbagai daerah, serta menipisnya kas pemerintah pascapenanganan covid-19 menghambat upaya penyaluran bantuan.

Puas dengan spageti

Nardel Vicente mengatakan harapan Natalnya yaitu agar seseorang membantunya membeli atap baru untuk rumahnya di Alegria setelah dihancurkan oleh Rai, yang melanda negara itu pada 16 Desember. Tanpa pekerjaan dan dengan sedikit uang tersisa, Vicente mengatakan keluarganya tidak akan bisa menyiapkan makanan untuk perayaan tahun ini.

"Pada tahun-tahun sebelumnya kami memiliki spageti, babi, ayam, apa pun yang kami mampu di antara kami," kata pria berusia 38 tahun itu. Tapi dia menambahkan, "Tidak apa-apa, kami masih hidup. Ini lebih baik daripada menyambut Natal dengan orang yang dicintai yang sudah meninggal."

Sotis Marites biasanya menyajikan daging, lumpia, dan salad untuk keluarganya. "Kami tidak akan memilikinya tahun ini karena butuh banyak uang," kata Sotis, 53, di kotamadya pesisir Placer di mana badai menumbangkan sebagian besar pohon kelapa keluarganya. "Kami akan puas dengan spageti,” imbuhnya.

Baca juga: Perayaan Natal di Arab Saudi Sekarang Lebih Terbuka

Beberapa orang yang selamat di Kota Surigao telah berdiri di jalan selama berhari-hari meminta uang dan makanan dari pengendara yang lewat setelah gagal menerima bantuan pemerintah. Inaga Edulzura, 41, mengatakan dia berharap mendapatkan sebungkus spageti untuk dimasak untuk keluarganya. 

Jika tidak, mereka hanya akan mengonsumsi irisan roti. "Satu-satunya permintaan kami adalah cuaca cerah pada Hari Natal untuk memberi kami keceriaan," katanya. "Itu dan beberapa makanan,” tandasnya. (France24/OL-14)

BERITA TERKAIT