02 December 2021, 18:42 WIB

PM Israel Serukan AS Hentikan Segera Pembicaraan Nuklir Iran


Mediaindonesia.com | Internasional

AFP/Gil Cohen-Magen.
 AFP/Gil Cohen-Magen.
Naftali Bennett.

PERDANA Menteri Israel Naftali Bennett pada Kamis (2/12) menyerukan penghentian segera dari pembicaraan nuklir yang dilanjutkan antara Iran dan negara-negara besar di Wina. Ia menuduh republik Islam itu melakukan pemerasan lewat nuklir.

Dalam panggilan telepon dengan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, Bennett, yang telah menjadi penentang konsisten perjanjian 2015 yang berusaha dihidupkan kembali oleh negara-negara tersebut, menyerukan langkah-langkah konkret untuk diambil terhadap Iran.

Dia mengatakan Iran sedang melakukan pemerasan lewat nuklir sebagai taktik negosiasi. "Ini harus dihadapi dengan penghentian negosiasi segera dan langkah-langkah konkret yang diambil oleh negara-negara besar," ujar suatu pernyataan dari kantornya.

Baca juga: IAEA: Iran Naikkan Kapasitas Pengayaan Uranium

Blinken memberi tahu Bennett tentang yang terjadi dalam pembicaraan sejak dimulainya kembali pada Senin setelah jeda lima bulan.

Perdana Menteri Israel menyatakan keprihatinan tentang laporan baru dari pengawas nuklir PBB yang dikeluarkan selama pembicaraan yang katanya menunjukkan Iran telah memulai proses pengayaan uranium ke tingkat kemurnian 20% dengan sentrifugal canggih di fasilitas bawah tanah Fordo.

Setahun setelah presiden AS saat itu Donald Trump menarik diri dari perjanjian nuklir pada 2018 dan mulai memberlakukan sanksi besar-besaran. Iran memulai penangguhan bertahap atas usahanya dalam kesepakatan itu.

Iran memperkaya uranium dalam jumlah yang lebih besar dan tingkat kemurnian yang lebih tinggi daripada yang telah disepakati. Padahal ini sesuatu yang pemerintah Barat ingin akhiri secepat mungkin.

Iran menegaskan prioritas mutlak yaitu pencabutan semua sanksi AS yang dikenakan setelah Trump mengabaikan kesepakatan itu.

Baca juga: Arab Saudi, OKI Kecam Presiden Israel Paksa Masuk Masjid Ibrahimi

Pihak-pihak yang tersisa dalam perjanjian 2015--Inggris, Tiongkok, Prancis, Jerman, dan Rusia-- berpartisipasi secara langsung dalam pembicaraan Wina. Atas desakan Iran, Amerika Serikat melakukannya hanya secara tidak langsung. (AFP/OL-14)

BERITA TERKAIT