28 November 2021, 20:48 WIB

Israel Prihatin Amerika Serikat akan Cabut Sanksi terhadap Iran


Mediaindonesia.com | Internasional

AFP/Ronen Zvulun.
 AFP/Ronen Zvulun.
Perdana Menteri Israel Naftali Bennett (tengah) memimpin rapat kabinet mingguan di Yerusalem pada 28 November 2021.

PERDANA Menteri Israel Naftali Bennett memperingatkan terhadap perjanjian sementara dengan Iran yang sedang dipertimbangkan Amerika Serikat, sehari sebelum negosiasi nuklir dengan Iran dilanjutkan di Wina pada Senin (29/11).

"Israel sangat prihatin dengan kesediaan mencabut sanksi dan mengizinkan aliran miliaran dolar ke Iran sebagai imbalan atas pembatasan yang tidak memadai pada program nuklir," kata Bennett pada awal pertemuan kabinet, Minggu (28/11), dilansir dari The Jerusalem Post. "Ini pesan yang kami sampaikan dalam segala hal, baik kepada Amerika maupun negara-negara lain yang sedang bernegosiasi dengan Iran," tambah Bennett.

Menurutnya, Menteri Luar Negeri Yair Lapid akan menyampaikan pesan yang sama kepada Perdana Menteri Inggris Boris Johnson di London dan Presiden Prancis Emmanuel Marcon di Paris pada minggu ini. Komentar Bennett mencerminkan meningkatnya kekhawatiran di Jerusalem atas posisi Amerika dalam pembicaraan tidak langsung dengan Iran di Wina.

Baca juga: Kala Perang Siber Iran-Israel Meluas ke Warga Sipil

Seorang sumber diplomatik senior Israel menyesalkan, "Amerika mengatakan satu hal kepada kami dan kemudian sebaliknya dalam beberapa jam." Ia mengutip artikel yang diterbitkan di Politico selama akhir pekan yang mengutip seorang pejabat senior pemerintahan Biden mengatakan bahwa AS terbuka untuk sejumlah alternatif seperti kesepakatan sementara yang mungkin didorong oleh salah satu pihak lain ke tujuan pembicaraan yang dilanjutkan pada Senin setelah jeda hampir enam bulan. 

Itu dimaksudkan untuk AS kembali ke kesepakatan nuklir Rencana Aksi Komprehensif Bersama (Joint Comprehensive Plan of Action/JCPOA) pada 2015 yang ditentang Israel karena tidak cukup membatasi pengayaan uranium Iran dan tidak membahas masalah lain berupa tindakan jahat di regional itu. Sementara itu, pejabat senior Iran mengatakan mereka hanya bersedia merundingkan pencabutan sanksi dan bukan tentang program nuklirnya.

Dengan segala kelemahannya, JCPOA dinilai Israel sebagai kesepakatan yang lebih baik daripada kesepakatan sementara. Kesepakatan seperti itu kemungkinan berarti AS mencabut beberapa sanksi sebagai imbalan atas penghentian Iran--tidak membatalkan--program nuklirnya, yang telah maju jauh melampaui batasan JCPOA.

Baca juga: IAEA Desak Israel Terbuka tentang Persenjataan Nuklir Miliknya

"Penjelasan Amerika (untuk mencari kesepakatan sementara) yaitu mereka tidak ingin bangun dalam waktu X dan menemukan Iran di ambang ledakan nuklir. Jadi mereka hanya ingin menghentikan pengayaan," jelas sumber Israel. "Kami setuju, tetapi kami pikir itu bisa dihentikan secara berbeda. Pengalaman kami dari 2015 menunjukkan kepada kami bahwa setiap pencabutan sanksi dan suntikan dana akan berakhir dengan (Iran) tumbuh lebih kuat di kawasan itu dan memajukan program nuklirnya."

Namun, Israel berharap untuk mendorong sekutunya ke arah sikap diplomatik yang lebih agresif terhadap Iran, seperti membawa penghalangan inspektur Badan Energi Atom Internasional ke Dewan Keamanan PBB untuk merilis kutukan dan meningkatkan tekanan daripada mencabut sanksi serta menyerah pada pemerasan seperti yang disebutkan oleh sumber itu.

Bahkan kembalinya JCPOA seperti yang tertulis pada 2015 juga merupakan bencana, kata sumber itu, karena mencabut sanksi internasional terhadap Republik Islam. Ketegangan antara Jerusalem dan Washington telah meningkat dalam beberapa pekan terakhir, ketika negosiasi semakin dekat, tetapi mereka belum mencapai bentrokan penuh dan masih ada beberapa di pemerintahan Biden yang lebih bersimpati pada posisi Israel, sumber diplomatik senior mengatakan itu. Israel mengakui bahwa AS tidak memiliki pilihan yang baik, hanya pilihan yang mengerikan.

Baca juga: Irak Tolak Normalisasi Hubungan dengan Israel

Pemerintah saat ini melihat pentingnya membuat pandangannya diketahui dan berbicara dalam satu suara sebanyak mungkin. Salah satunya yaitu Presiden Isaac Herzog melakukan kunjungannya ke Inggris pada minggu lalu, yang menurut tokoh senior pemerintah lain itu penting. Lapid diperkirakan meminta Macron dan Johnson untuk mendesak AS mempertahankan sanksinya terhadap Iran dan mengatakan Teheran tidak akan menepati janjinya.

Selama akhir pekan, kepala Organisasi Energi Atom Iran, Mohammad Eslami, mengatakan pembicaraan Wina tidak akan tentang masalah nuklir, melainkan tentang kembalinya Amerika Serikat ke kesepakatan nuklir 2015, media Iran melaporkan, menggemakan pernyataan oleh pejabat lain dalam beberapa pekan terakhir.

Secara terpisah, Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amirabdollahian mengatakan negaranya memasuki kembali negosiasi untuk mencari pencabutan sanksi ekonomi AS yang dapat diverifikasi. "Jika pihak lawan siap untuk kembali ke kewajiban penuh mereka dan pencabutan sanksi, kesepakatan yang baik bahkan segera dicapai," kata Amirabdollahian dalam percakapan telepon dengan kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Joseph Borrell. "Iran menginginkan kesepakatan yang baik dan dapat diverifikasi," kata Amirabdollahian seperti dikutip media Iran. (OL-14)

BERITA TERKAIT