PARA pengkritik mengatakan bahwa India sebagai demokrasi terbesar di dunia telah menjadi semakin otoriter di bawah Perdana Menteri Narendra Modi. Pemerintah dituduh berusaha membungkam perbedaan pendapat melalui spyware buatan perusahaan Israel, Pegasus.
Pemerintah India menegaskan kembali dalam pernyataan kepada Washington Post bahwa tuduhan mengenai pengawasan pemerintah dengan memanfaatkan Pegasus terhadap orang-orang tertentu tidak memiliki dasar atau kebenaran konkret yang terkait dengannya. Salah satu yang disebut sebagai target pengawasan potensial pada 2017 ialah Ashwini Vaishnaw, menteri elektronik dan teknologi informasi India yang baru dilantik, tambah laporan itu.
Vaishnaw mengatakan pada Senin di parlemen, "Tidak ada substansi apa pun dalam laporan tersebut. Segala bentuk pengawasan ilegal tidak mungkin dilakukan karena pemeriksaan dan keseimbangan kami dalam undang-undang dan institusi kami yang kuat."
Menteri Dalam Negeri Amit Shah mengatakan, "Laporan itu bertujuan mempermalukan India di panggung dunia, menjajakan narasi lama yang sama tentang bangsa kita, dan menggagalkan pembangunan India."
Gandhi, dari partai oposisi utama Kongres, mengatakan kepada Guardian bahwa jika tuduhan itu benar, itu merupakan, "Serangan terhadap fondasi demokrasi negara kita".
Paranjoy Guha Thakurta, seorang jurnalis independen, mengatakan bahwa Amnesti Internasional Digital Lab memberitahu dia bahwa teleponnya disusupi pada Maret, April, dan Mei 2018. "Itu juga membahayakan sumber saya. Orang-orang yang berbicara kepada anda dengan syarat anonim, jika mereka diungkap, itu mengerikan," katanya kepada AFP. "Ini buruk bagi demokrasi, buruk bagi jurnalisme. Ini mengerikan."
Baca juga: Pegasus Targetkan Saingan Utama PM India Narendra Modi
NSO, yang mengatakan hanya melisensikan Pegasus kepada pemerintah, telah menyebut tuduhan itu salah dan telah membantah melakukan kesalahan. (OL-14)