27 May 2021, 08:30 WIB

Presiden dan PM Mali Mundur Setelah Ditangkap Junta Militer


Nur Aivanni | Internasional

AFP/MICHELE CATTANI
 AFP/MICHELE CATTANI
Presiden Mali Bah Ndaw

PRESIDEN sementara dan perdana menteri Mali mengundurkan diri dua hari setelah ditahan dan dilucuti dari kekuasaan mereka dalam apa yang tampaknya merupakan kudeta kedua negara itu dalam sembilan bulan.

Di New York, Dewan Keamanan PBB mengutuk keras penggulingan dan penangkapan Presiden Bah Ndaw dan Perdana Menteri Moctar Ouane sekaligus menyerukan untuk kembali ke pemerintahan sipil. Namun, DK PBB tidak membahas langkah-langkah hukuman.

Para pemimpin sementara yang ditugaskan untuk mengarahkan kembali ke pemerintahan sipil setelah kudeta Agustus lalu, kata penasihat khusus bos junta Assimi Goita Baba Cisse, mengundurkan diri di hadapan mediator yang mengunjungi pangkalan militer tempat mereka ditahan.

Namun seorang anggota Economic Community of West African States (ECOWAS) Uni Afrika dan MINUSMA mengatakan kepada wartawan bahwa para pemimpin sebenarnya sudah mengundurkan diri sebelum mereka tiba.

Delegasi kemudian berbicara dengan Goita lagi - yang memegang pangkat wakil presiden dalam pemerintahan transisi - setelah melihatnya Selasa malam.

Cisse mengatakan presiden, perdana menteri dan pemimpin transisi lainnya yang ditangkap pada Senin akan dibebaskan tetapi ini akan terjadi secara bertahap karena alasan keamanan.

Baca juga:  Militer Tahan Presiden dan PM Mali

Dia mengatakan sebelumnya ada gerakan menuju pembentukan pemerintahan baru di negara bagian Sahel.

Penahanan mereka memicu kecaman internasional yang meluas dan ancaman sanksi.

Dewan Keamanan, yang mengadakan pertemuan darurat atas permintaan bekas kekuasaan kolonial Prancis dan lainnya, menyerukan pembebasan yang aman, segera dan tanpa syarat dari semua pejabat yang ditahan dan mendesak elemen pertahanan dan pasukan keamanan untuk kembali ke barak mereka tanpa penundaan.

Dewan tersebut mendesak pemulihan transisi yang dipimpin sipil. Tapi mereka tidak membahas pemberian sanksi dan menahan diri dari menyebut penahanan tersebut sebagai kudeta.

Mediator ECOWAS bertemu dengan Ndaw dan Ouane di kamp militer Kati sekitar 15 kilometer (sembilan mil) dari ibu kota Bamako.

Seorang anggota delegasi yang dipimpin oleh mantan presiden Nigeria Goodluck Jonathan telah memperingatkan ECOWAS dapat segera mengumumkan sanksi jika krisis itu tidak diselesaikan.

Di sisi lain, Prancis juga siap untuk menjatuhkan sanksi yang ditargetkan. Washington akan mempertimbangkan langkah-langkah yang ditargetkan terhadap para pemimpin politik dan militer yang menghalangi transisi Mali yang dipimpin sipil menuju pemerintahan demokratis.

Dikatakannya, Amerika Serikat telah menangguhkan bantuan untuk pasukan keamanan Mali.(AFP/OL-5)

BERITA TERKAIT