03 December 2020, 09:19 WIB

Tudingan Tanpa Bukti Trump Sebabkan Pekerja TPS Terancam


Basuki Eka Purnama | Internasional

AFP/Nicholas Kamm
 AFP/Nicholas Kamm
Presiden AS Donald Trump

SEORANG pejabat senior Partai Republik di Negara Bagian Georgia, Rabu (2/12), mengatakan tudingan tanpa bukti Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump bahwa ada kecurangan dalam pemilu menyebabkan para pekerja di TPS menjadi terancam.

Pemimpin Negara Bagian Georgia Brad Raffensperger merupakan pejabat negara bagian kedua, dalam tempo beberapa hari, yang meminta Trump melonggarkan tudingannya.

Trump berulang kali menuding terjadi kecurangan di Georgia namun tidak mengungkapkan bukti untuk menunjang tudingan tersebut. Penghitungan ulang di Georgia mengonfirmasi bahwa presiden terpilih AS Joe Biden menang di negara bagian itu dengan keunggulan 10 ribu suara.

Baca juga: Joe Biden Harapan Kerja Sama Dagang AS dan Uni Eropa

"Bahkan, setelah kami meminta Presiden Trump untuk mengurangi retorik kasarnya mengenai klaim dia menang di negara bagian ini, meski faktanya dia kalah, dia mencicit, 'Ungkap kecurangan massal di Georgia'," kata Raffensperger.

"Ini adalah pernyataan tanpa dasar yang menyebabkan ancaman bagi para pekerja TPS saat mereka hanya menjalankan tugas mereka."

"Kami akan melanjutkan kerja kami, menjalankan aturan, dan mengikuti proses," lanjutnya.

Pejabat Georgia lainnya, Gabriel Sterling, juga dari Partai Republik, mengecam Trump yang gagal mengutuk kekerasan terhadap petugas KPU.

"Tuan Presiden, tampaknya Anda kalah di Georgia. Jika tidak terima, Anda dipersilahkan pergi ke pengadilan," ujar Sterling.

"Yang tidak boleh Anda lakukan adalah membuat orang melakukan kekerasan. Seseorang akan terluka atau bahkan terbunuh dan itu tidak benar," serunya.

Trump masih menolak mengaku kalah di Pemilu AS pada 3 November lalu. Dia bersikeras pemilu itu dicurangi.

Serangkaian gugatan tim kampanye Trump telah ditolak pengadilan dan Jaksa Agung Bill Barr, Selasa (1/12), mengatakan tidak ada bukti mengenai kecurangan pemilu.

"Hingga hari ini, kita tidak melihat kecurangan hingga tingkat yang bisa memengaruhi hasil pemilu," kata Barr. (AFP/OL-1)

BERITA TERKAIT