SEORANG pengunjung mengamati sejumlah wayang yang dipamerkan di booth SMP Negeri 8 singaraja dalam Pesta Pelajar Organisasi Penggerak di Gedung Kesenian Gde Manik, Buleleng, Selasa, (3/10).
Terdapat lima buah wayang yang terbuat dari karton yang dipajang. Ketika ditanya apakah mengetahui nama-nama wayang tersebut, dia jawab sembari tertawa,"Saya hanya tahu namanya Tuallen. Yang lainnya kurang paham."
"Saya tahu beberapa nama wayang, karena sering lihat di acara 3 bulanan. Tapi teman-teman banyak yang tidak tahu," jelas Kadek Dwi Erayanti, siswa kelas 8 yang mrupakan anggota kelompok pembuat wayang kepada Media Indonesia, kemarin. Acara 3 bulanan, jelas Kadek Dwi, adalah upacara syukuran 3 bulan bayi setelah kelahiran. Dalam acara ini, biasanya digelar acara wayang.
Baca juga: Hokben Gandeng Dua Startup Olah kembali Limbah Produk Makanan
Banyaknya anggota masyarakat, termasuk anak muda yang kurang memahami kesenian daerah menjadi pemicu bagi siswa-siswa SMPN 8 Singaraja untuk membuat karya tersebut.
"Untuk tema kearifan lokal, siswa melihat fenomena tersebut dan kemudian memilih membuat wayang. Ada keresahan karena banyak anak muda yang tidak paham tentang wayang, dan jarang mengikuti acara kesenian di banjar setempat," jelas fasilitator program Gede Budi Astawa yang merupakan guru seni dan budaya di SMPN 8 Singaraja.
Sementara itu, siswa SMPN 1 Kintamani, I Gusti Made Bagus Indra Dinataputra memperlihatkan komik digital karyanya. "Komik ini menceritakan tiga genre tari bali yakni Tari baris, tari rejang dewa, dan tari legong," jelas dia.
Ia menambahkan, meskipun ia tidak bisa menari, ia ingin membagikan pengetahuan tersebut kepada remaja seusianya yang sebagian tidak familiar dengan tarian kuno yang menjadi bagian dari budaya Bali.
Baca juga: BAZNAS Raih Tiga Penghargaan Marketing Award 2023
Pesta pelajar Organisasi Penggerak merupakan penyerahan Program Organisasi Penggerak (POP) binaan Putera Sampoerna Foundation kepada pemerintah setempat, dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Buleleng. Program ini merupakan implementasi dari Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dalam Kurikulum Merdeka. Kearifan lokal merupakan satu dari enam tema P5 selain gaya hidup berkelanjutan, Bhineka Unggal Ika, Bangunlah Jiwa dan Raganya, Rekayasa dan Teknologi, serta Kewirausahaan.
Sementara itu, Dirjen GTK Kemendikbud Ristek RI, Prof. Dr. Nunuk Suryani, M. Pd menegaskan, Merdeka Belajar yang telah sampai pada episode 26 berangkat pada konsep untuk pembelajaran yang berpihak pada murid. "Kalau kita tingkatkan literasi, numerasi, tujuannya agar anak-anak bahagia di dalam pembelajarannya," jelas Nunuk dalam sambutannya.
"POP adalah program Kemendikbud-Ristek yang dijalankan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan dengan kesadaran bahwa diperlukan kolaborasi dan gotong royong erat dengan semua pemangku kepentingan, termasuk organisasi masyarakat dan swasta untuk meningkatkan literasi, numerasi dan karakater siswa. Kami berterima kash Putera Sampoerna Foundation telah menyentuh daerah yang belum disentuh pemerintah dengan biaya mandiri," tambahnya.
POP yang dijalankan PSF menjangkau lima sekolah, yakni tiga sekolah di Provinsi Bali (SMP Negeri 8 Singaraja, Buleleng; SMPN 1 Payangan, Gianyar; dan SMPN 1 Kintamani, Bangli) dan dua di Provinsi Sulawesi Selatan (SMPN 1 Tompobulu, Bantaeng dan SMPN 4 Sungguminasa, Gowa).
"Kami percaya literasi dan numerasi adalah satu-satunya cara meningaktkan kualitas murid murid kita. Kami berpartisipasi dengan mandiri," jelas Senior Director Putera Sampoerna Foundation, Elan Merdy. "Ini saatnya mendukung program pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan," pungkasnya. (H-1)