MENTERI Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya memperkirakan, deforestasi yang terjadi di Indonesia paling banyak disebabkan oleh kebakaran hutan dan lahan dan perambahan. Hal itu diungkapkannya dalam rapat kerja KLHK bersama Komisi IV DPR RI, Rabu (6/9).
“Tapi kalau karhutla di NTT dan NTB, dia hanya sabana yang terbakar dua hari, setelahnya rumputnya hidup lagi untuk makan ternak. Itu gak bisa disebut deforestasi,” ucap Siti.
Selama 2022, KLHK mencatat deforestasi tertinggi terjadi di Kalimantan Barat, yakni seluas 7.800 hekare. Disusul Riau 7.000 hektare, Sumatra Utara 5.000 hektare, Sumatra Utara 5.000 hektare dan Sumatra Barat 5.000 hektare.
Baca juga: KLHK Waspadai Karhutla di Pulau Jawa
Ia meyakini bahwa data deforestasi Indonesia termasuk yang direkam sangat baik oleh dunia internasional. Menurut dia, luas deforestasi di Indonesia pun menurun signifikan dibanding awal 2000-an.
“Di awal 2000-an itu deforestasi di atas 2 juta hektare dalam satu tahun. Kemudian di akhir 2013 sampai 2014 itu sampai dengan 600 ribu hektare dalam setahun. Sekarang kita sudah tinggal 107 ribu hektare sepanjang 2022,” beber Siti.
Baca juga: Cagar Alam jadi Kunci Penurunan Deforestasi Hutan Amazon di Brasil
Pada kesempatan itu, Anggota Komisi IV Darori Wonodipuro mengungkapkan, berdasarkan laporan dari daerah, hilangnya lahan-lahan hutan dan pertanian kini membuat monyet-monyet banyak turun ke permukiman warga.
“Pengalaman kita dulu, Taman Nasional Merapi, orang pulang dari sawah nasinya gak ada karena dimakan monyet. Dan akhirnya teman-teman petani menanam pohon jambu biji dan sekarang ada hutan jambu biji. Saya sarankan ini digalakkan agar tidak ada konflik antara satwa dan manusia,” ucap dia. (Ata/Z-7)