30 July 2023, 22:52 WIB

Pengurus Pusat ISKA Ajak Generasi Muda Kobarkan Semangat Pancasila


Media Indonesia | Humaniora

Ist
 Ist
PP Ikatan Sarjana Katolik Indonesia menggelar Pendidikan Kader Kebangsaan Angkatan I di Universitas Katolik Indonesia Atmajaya Jakarta.

PENGURUS Pusat Ikatan Sarjana Katolik Indonesia (PP ISKA) menggelar kegiatan Pendidikan Kader Kebangsaan Angkatan I di Universitas Katolik Indonesia Atmajaya Jakarta.

Kegiatan perdana yang berlangsung hari ini dihadiri 50 peserta dengan mengusung tema Merdeka dalam keberagaman.

Hadir sebagai pemateri yakni, Guru Besar STF Driyarkara Prof Dr Franz Magnis Suseno, Presidium Dialog Hubungan Antar Agama dan Kepercayaan PP ISKA MM Restu Hapsari, Dosen STF Driyarkara Dr A Setyo Wibowo, dan Koordinator Jaringan Islam Anti Diskriminasi Moh Aan Anshori.

Baca juga: 1 Juni Hari Lahir Pancasila, Terus Menjaga Eksistensi Pancasila di Era Globalisasi

Ketua Presidium Pengurus Pusat ISKA Luky A Yusgiantoro menjelaskan kegiatan ini digelar untuk merawat dan menjaga nilai-nilai keberagaman agama dan kepercayaan, suku, ras, adat istiadat dan golongan.

"Kami berharap agar peserta mampu berjejaring lintas agama dan kepercayaan tanpa membedakan suku, ras, adat istiadat dan golongan dari komunitas terdekat masing-masing peserta seperti sekolah, universitas, RT, RW, dan sekitarnya," ujar Luky.

Prof Franz Magnis Suseno menegaskan hidup dan aktivitas di lingkungan yang majemuk dengan sejuta keberagaman bukan sesuatu hal baru dalam NKRI. Namun, belakangan ini Indonesia kerap mengalami krisis toleransi.

Menurut dia, tantangan hari ini dan masa depan bangsa terdapat pada radikalisme dan polarisasi masif dalam berbagai bidang kehidupan berbangsa dan bernegara.

Baca juga: Membumikan Pancasila

Ia menambahkan pancasila sebagai nilai, cita-cita, dan etika harus jadi pedoman dalam berbagai aktivitas masyarakat Indonesia.

"Pancasila mengajarkan hormat pada kebebasan beragama dengan harapan kita harus menolak ideologi yang menyangkal nilai bangsa, harus kebal terhadap hasutan-hasutan populistik," ucap Franz.

Pemateri lainnya, Restu Hapsari mengatakan sebagai warga negara yang baik, kita harus mematuhi UUD 1945 sebagai hukum tertinggi dalam berbangsa dan bernegara.

"Konstitusi bukan hanya dilihat dari sisi yuridisnya, melainkan perlu dilihat dalam arti politis dan sosiologis agar bisa mencapai keadilan, ketertiban, dan kesejahteraan masyarakat umum," kata Restu.

Baca juga: Generasi Muda Harus Jaga Nyala Api Pancasila

Selanjutnya, Moh Aan Anshori menyampaikan keberagaman adalah kekayaan dan keindahan bangsa Indonesia yang jadi kekuatan untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan nasional menuju Indonesia yang lebih baik lagi. 

“Saya berharap banyak generasi muda Katolik meyakini dirinya telah ditakdirkan menjaga kebinekaan Indonesia. Slogan 100% Katolik 100% Indonesia senyata menegaskan tersebut."

"Itu berarti, mereka memiliki tugas ikut memastikan generasi muda agama lain memiliki visi dan misi serupa. Untuk memperkuat keberagaman kita harus saling menjaga dalam bingkai kebinekaan," pungkasnya.

Sementara itu, Dr A Setyo Wibowo berharap perlu adanya sifat toleran dan tenggang rasa terhadap perbedaan dalam kemajemukan di masyarakat.

"Perbedaan ini jadi keunikan kita yang perlu dipelihara dan dipertahankan keseimbangannya dalan negara dan berbangsa," pungkasnya. (RO/S-2)

BERITA TERKAIT