KEPULAUAN Seribu telah ditetapkan sebagai destinasi wisata unggulan Bali Baru. Konsekuensinya, mobilitas masyarakat terutama wisatawan baik domestik maupun wisatawan asing akan semakin meningkat.
Salah satu hal yang perlu diwaspadai dengan peningkatan mobilitas wisatawan adalah potensi penyalahgunaan narkoba. Dengan masuk dan keluarnya wisatawan ke kawasan Kepulauan Seribu, peredaran narkoba juga akan semakin mudah.
Oleh karena itu, melalui Program Kemitraan Masyarakat (PKM) FISIP Uhamka, kegiatan Seminar Wawasan Narkoba (Sewarna) bertema 'Konservasi Lingkungan dan Pemberdayaan Masyarakat pada Pendampingan Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba' diadakan di SMKN 61 Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, pada Selasa (17/7).
Program Pengabdian Masyarakat yang bermitra dengan Polsek Pulau Tidung ini dilakukan oleh dosen FISIP Uhamka Nurlina Rahman dan Mukhlish Muhammad Maududi, serta empat mahasiswa, yakni Adilla Zahra Putri, Muhammad Fahmi Hafizh, Abdul Rahman Hardiansyah, dan Winda Sukra.
Kegiatan ini bertujuan memberikan masukan kepada mitra, dalam hal ini Polsek Pulau Tidung, terkait upaya pencegahan penyalahgunaan dan menghindari penyalahgunaan narkotika melalui pendekatan dan penguatan konsep diri remaja di SMKN 61 Kepulauan Seribu, mengingat Pulau Tidung sebagai destinasi wisata masih menghadapi masalah seperti kurangnya pengetahuan tentang narkotika.
Membawakan materi tentang 'Pendampingan Penguatan Konsep Diri dalam Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba', Nurlina Rahman, yang juga menjabat sebagai Wakil Dekan 1 FISIP Uhamka menjelaskan bahwa ada tiga kecenderungan yang memicu seseorang menjadi pengguna narkoba.
"Pertama adalah faktor lingkungan. Seseorang yang tinggal di lingkungan rawan Napza atau memiliki komunitas/kelompok pengguna Napza memiliki kecenderungan sangat besar menjadi pengguna narkoba," jelasnya.
Kedua adalah faktor keluarga. Nurlina menyebutkan kesenjangan komunikasi antaranggota keluarga, hubungan yang tidak harmonis, dan orangtua yang terlalu memanjakan anak akan membuat anak mudah terjerumus ke dalam penyalahgunaan narkoba.
Faktor kecenderungan ketiga ialah diri sendiri. Seseorang dengan kepribadian yang lemah, mengalami tekanan jiwa, depresi, cemas, kurang dewasa, lemah dalam pemahaman maupun pengalaman agama, cenderung mudah terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba. "Seringkali mereka mau coba-coba pakai. Pada akhirnya, diri tidak bisa menolak narkoba," tambah Nurlina.
Baca juga: Regulasi Badan POM Diminta Lebih Ramah Konsumen
Karena itu, penting bagi setiap orang untuk mengenali diri sendiri. Mengenal konsep diri dapat membantu seseorang untuk memiliki kepribadian yang baik. "Mengenali kepribadian ini bisa kita lakukan dengan bertanya pada diri sendiri, saya termasuk orang phlegmatis (damai), sanguinis, melankolis, atau koleris," papar Nurlina.
Mengutip pendapat Adler dan Towne, pembentukan konsep diri bisa dilakukan dengan dua cara. Pertama adalah reflected appraisal/the looking glass-self, proses pembentukan konsep diri yang disesuaikan dengan bagaimana orang lain (orang-orang yang kita hargai pendapatnya, significant others) melihat kita.
"Orang-orang ini dapat dibedakan atas perannya dalam pembentukan konsep diri, yaitu sebagai upper (orang itu memberi pendapat yang akan membantu menaikkan harga diri, self-esteem) atau sebagai downer (pendapat orang itu akan mengurangi harga diri seseorang)," tegas Nurlina.
Kedua, social comparison, yakni konsep diri yang dibentuk dengan cara membandingkan diri sendiri dengan orang lain (reference group). Proses pembandingan ini dapat kita lihat dari 2 segi yaitu apakah kita sama atau berbeda dengan orang lain, dan apakah kita superior atau inferior dibandingkan orang lain?
Adapun konsep diri yang positif ditandai dengan beberapa ciri diantaranya yakin akan kemampuan diri/percaya diri, tidak mundur karena gagal, sportif, mempunyai prinsip dalam hidup, penilaian realistis, merasa setara dengan orang lain, menolak dominasi orang lain, dapat menerima diri atau orang lain sebagaimana adanya tentang kelebihan dan kekurangan, menikmati kehidupan baik keluarga, pertemanan, pergaulan, maupun hubungan sosial, menerima tanggung jawab keyakinan untuk mengatasi masalah kehidupan, serta peka terhadap orang lain.
Menurut Nurlina, seseorang dikatakan memiliki kepribadian yang sehat jika memiliki konsep diri yang baik, banyak teman, menyenangkan, mudah bersosialisasi, jujur, punya rasa humor, mampu mengungkapkan perasaan, tidak cepat putus asa, penuh harapan, bila menangis tidak akan lama, gembira, kreatif, dan punya imajinasi sehat.
Empat strategi pengembangan diri yang bisa kita lakukan adalah mengenali diri sendiri, mengubah pola pikir yang rusak, menggali potensi diri, dan menyusun rencana masa depan.
Selain Nurlina, seminar tersebut juga menampilkan pembicara Kepala Unit Pembinaan Perpolisian Pulau Tidung, Donnes Pangihutan, yang membahas terkait jenis narkoba, efek yang ditimbulkan, dan berbagai aturan hukum yang dapat menjerat pelaku penyalahgunaan narkoba. (RO/I-2)