19 July 2023, 11:38 WIB

Bangun Kepribadian Unggul Anak Lewat Social Attactment


Budi Ernanto | Humaniora

ANTARA/YULIUS SATRIA WIJAYA
 ANTARA/YULIUS SATRIA WIJAYA
 Orang tua mendampingi anaknya bermain di RPTRA Garuda, Cipayung, Jakarta Timur, Minggu (9/10/2022). 

PSIKOLOG klinis dan keluarga Pritta Tyas MPsi mengatakan kepribadian unggul anak perlu dibangun sejak kecil, di antaranya melalui social attachment.

"Social attachment merupakan kemampuan untuk membentuk keterikatan emosional dan fisik antara anak dan orang tua yang pada akhirnya akan memunculkan trust, rasa aman, dan rasa percaya diri yang pada akhirnya akan membentuk kepribadian yang unggul pada anak," kata Pritta yang lulusan program magister psikologi Universitas Gadjah Mada seperti dilansir dari Antara.

"Misalnya, anak berusia 0-12 tahun dari perkembangan psikososial anak yang perlu diperhatikan orang tua, yaitu terbentuknya trust," kata Pritta.

Baca juga: Pertolongan Pertama Saat Anak Digigit Serangga

Social attachment dapat membuat anak merasa stabil dan aman, serta memungkinkan mereka mengambil risiko untuk tumbuh dan mengembangkan kepribadian mereka. Hubungan keterikatan tersebut merupakan cerminan bagaimana anak dan orang tua merespons satu sama lain.

Pritta juga menjelaskan, social attachment dapat disesuaikan dengan usia anak. Untuk anak berusia 2-4 tahun (prasekolah), kebutuhan social attachment yang dibutuhkan anak adalah kemandirian atau tahap otonomi.

Di usia tersebut, anak ingin belajar melakukan banyak hal sendiri. Misalnya, mengerjakan pekerjaan rumah sendiri, membaca sendiri, dan lainnya. Orang tua perlu memberikan kesempatan dan pengawasan saat anak mulai belajar melakukan berbagai hal sendiri agar keamanan mereka tetap terjaga.

Baca juga: Anak dengan PJB Berisiko Alami Gangguan Tumbuh Kembang

Pada anak berusia 4 - 6 tahun, social attachment yang dibutuhkan anak adalah inisiatif. Di usia tersebut, anak-anak sudah memiliki banyak ide dan orang tua perlu memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengeluarkan ide-ide mereka.

Sebagai contoh, orang tua dapat mengajak anak untuk mengatur alat permainannya. Anak dapat dengan bebas mengekspresikan penataan alat permainannya di rak atau tempat penyimpanan miliknya.

"Saat liburan sekolah, misalnya, inisiatifnya datang dari mereka (untuk menata alat permainannya)," katanya. (Z-6)

BERITA TERKAIT