PERWAKILAN dari Dinas Kesehatan DKI Jakarta Desy Mery Dorsanti mengimbau masyarakat agar menghindari aktivitas memasak terlalu lama untuk mencegah polusi udara di dalam rumah, yang dapat berdampak buruk terhadap kesehatan anggota keluarga.
"(Masak) yang cepat saja. Kalau kita masak secara lama, otomatis energi yang terbakar akan semakin banyak dan timbulah pencemaran udara," kata Desy, dikutip Minggu (25/6).
Menurut Desy, memasak yang terlalu lama akan menimbulkan polusi udara apalagi kondisi rumah tidak memiliki ventilasi yang memadai karena asap akan terperangkap di dalam rumah.
Baca juga: Heru Lanjutkan Program Penanganan Polusi Udara yang Digagas Anies
Untuk itulah, lanjut dia, rumah juga sebaiknya memiliki ventilasi yang memadai agar udara dapat bersirkulasi dengan baik dan tidak mengakibatkan masalah kesehatan.
"Jadi dibuka jendelanya, agar asap yang keluar dari kompor bisa langsung keluar, jadi ada sirkulasi udara, tidak hanya muter-muter di rumah lalu menyebabkan polusi udara dan terhirup oleh penghuni rumah," ujar Desy.
"Kalau ada exhaust, itu akan lebih bagus," imbuh dia.
Baca juga: Buruknya Proses Uji Emisi Kendaraan Jadi Biang Kerok Polusi Udara di Jakarta
Adapun dampak dari polusi udara di dalam rumah, menurut Desy, berupa gangguan pernapasan yang dapat dirasakan secara langsung maupun tidak langsung.
"Ada dampak secara langsung dan tidak langsung artinya secara lama, tidak langsung terlihat," kata Desy.
Sebelumnya, awal Mei lalu, Ketua Satuan Tugas Bencana Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Kurniawan Taufiq Kadafi bahkan mengatakan polusi udara yang disebabkan oleh aktivitas memasak menggunakan bahan bakar kerosin atau minyak tanah di rumah tanpa ventilasi yang baik, dapat berujung pada kematian bayi.
Ia mengatakan, data dari UNICEF menyebutkan hal tersebut berkontribusi terhadap sebanyak 3,2 juta kematian bayi prematur pada 2019.
Selain itu, polusi udara imbas dari aktivitas pembakaran di dalam rumah juga menjadi penyebab dari 237 ribu angka kematian anak-anak di bawah usia lima tahun. (Ant/Z-1)