MENJALANKAN tugas melayani jemaah haji Indonesia, bukan pekerjaan mudah. Apa pun bidang layanannya, banyak tantangan yang menuntut petugas haji senantiasa bersabar, ikhlas, dan melayani sepenuh hati.
Seperti yang dikisahkan Anis Kudungga, petugas layanan jemaah lanjut usia (lansia) yang bertugas di sektor khusus Masjid Nabawi, Madinah. Mengantar jemaah yang tersasar kembali ke hotelnya sampai dengan yang kehilangan sandal karena lupa menaruh, sudah menjadi kasus sehari-hari.
Tiap hari puluhan jemaah haji lupa jalan pulang ke pemondokan maupun keluar masjid tidak memakai alas kaki. Kedua kasus bila dibiarkan bisa berbahaya.
Baca juga : 16 Juni Seluruh Jemaah Haji Harus Tinggalkan Madinah
Jemaah khususnya lansia akan kelelahan berupaya mencari jalan pulang. Adapun memaksakan berjalan tanpa alas kaki keluar Masjid Nabawi di panas terik akan membuat kaki melepuh. Maka, petugas berinisiatif memberikan alas kaki pengganti kepada jemaah yang bertelanjang kaki.
Itu yang rutin. Yang lebih menuntut kesabaran ialah ketika berhadapan dengan jemaah yang memakai kekerasan saat tidak berkenan ditangani petugas.
Baca juga : Awas, Jangan Lakukan Tujuh Hal Ini Di Mekkah
Menurut Anis, jemaah yang berusia renta tersebut sempat memukul petugas keamanan atau askar yang khusus menjaga Masjid Nabawi.
"Saya untuk menjaga beliau agar tidak dibawa sama pihak keamanan sini, akhirnya saya bawa pakai kursi roda," tuturnya, Rabu (7/6/2023).
Saat hendak diantarkan ke hotelnya, jemaah tersebut terus melawan sehingga Anis bersama rekannya terpaksa mendorong kursi roda kakek tersebut sambil menahan tangannya.
"Tanpa kami duga setelah sampai di hotelnya kami dipukuli pakai sandalnya. Akhirnya kakek itu diamankan rombongannya," kata Anis yang mengenang pengalaman itu dengan wajah tetap semringah.
Bagi petugas haji seperti Anis hal yang paling membahagiakan sekaligus mengharu biru adalah ketika jemaah yang mereka bantu begitu senang hingga terisak-isak menangis. Bahkan, ada jemaah yang hendak membayar layanan yang diberikan petugas.
"Saya jelaskan, kami ditugasi negara untuk melayani jemaah untuk melayani ibu-ibu semua, bapak-bapak semua. Kami hanya minta satu saja, doakan kami sehat sampai selesai kami menjalankan tugas ini," ujar Anis.
Antar satu-satu
Petugas haji layanan bimbingan ibadah kloter 15 embarkasi Jakarta Pondok Gede (JKG-15), Umi Kulsum Umayah, punya kisah tersendiri tentang melayani jemaah haji sepenuh hati.
Ia ingin semua jemaah lansia yang dibimbingnya bisa merasakan ibadah di Masjid Nabawi, walau sekali atau sebentar.
Umi pun mendorong jemaah lansia satu persatu menuju masjid. Ditemui Kamis (1/6/23) di Hotel Golden Madinah, ia menyebut jemaah lansia di kloternya tidak ia sarankan pergi ke masjid melakukan arbain, yakni shalat fardu berjamaah 40 waktu.
Akan tetapi Umi bersedia mengantar jika jemaah lansia ingin mengetahui Masjid Rasulullah secara langsung. "Untuk jemaah lansia karena belum pernah ke Masjid Nabawi maka saya antar dorong ke masjid," terang Umi.
Umi mengaku sangat merasakan betapa jemaah yang baru pertama kali ke tanah suci sangat ingin salat di masjidnya Rasulullah.
"Hampir tiap hari saya antar ke masjid, meski hanya sampai ke terasnya, atau sekadar minum air zam-zam. Mereka senang banget," tuturnya.
"Ada juga jemaah perempuan yang kemarin saya antar ke Masjid Nabawi, terus minta telpon ke saudaranya. Ibu itu bilang 'hallo alhamdulilah saya sedang di Masjid Nabawi'," sambungnya, menirukan kegembiraan jemaah yang ia antar itu.
Dalam mengantar jemaah lansia ke Nabawi, Umi selalu berkomunikasi dengan para ketua rombongan, Kelompok Bimbingan Ibadah Haji dan Umrah (KBIHU), dan dokter untuk memastikan jemaah yang akan ia antar ke masjid memang tidak berisiko.
Perempuan yang juga merupakan kepala sekolah di MTsN 1 Kota Serang itu terus mengedukasi jemaahnya, khususnya lansia, untuk tidak memforsir ibadah-ibadah sunah, termasuk arbain.
"Tidak menjalankan arbain karena halangan tertentu bukan berarti tidak menghargai Nabi (Muhammad SAW) dan masjidnya," pungkas Umi. (Ndy)