DALAM sejarahnya, Indonesia menjadi korban dari politik adu domba atau Devide et Impera. Politik adu domba ini merupakan gerakan politik yang dikobarkan oleh Kongsi Dagang VOC pada masa operasionalnya di Indonesia.
Lalu apa itu politik Devide et Impera, simak terus artikel berikut.
Pengertian
Baca juga: Sejarah Kerajaan Kediri, Puncak Kejayaan, dan Peninggalannya
Secara etimologis, Devide et Impera memiliki makna “pecah dan berkuasa”. Yang berarti, politik Devide et Impera adalah strategi politik dengan mengadu domba kekuasaan yang ada di dalam internal suatu komunitas, dan setelah pecah, hegemoni dapat dilakukan.
Strategi politik ini, pertama kali diterapkan Julius Cesar untuk memperbesar kekuasaan Kekaisaran Romawi.
Baca juga: 20 Mei Diperingati Sebagai Hari Kebangkitan Nasional, Begini Sejarahnya
Indonesia, menjadi salah satu koban dari strategi politik ini. Pada saat itu Belanda lewat Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) –suatu persekutuan dagang Belanda yang memonopoli perdagangan di Asia, menggunakan cara itu untuk menaklukan raja-raja di daerah.
Setelah memecah pemerintahan, VOC dengan mudah dapat menguasai tiap daerah, dengan cara mengadu domba tiap penguasa. Alasan itu pula lah yang membuat Belanda dapat dengan lama dan mudah menguasai Indonesia.
Sejarah
Kebijakan Devide et Impera adalah strategi atau upaya militer yang diterapkan beberapa kekuatan kolonial pada abad ke-15. Sejumlah negara yang menggunakan kebijakan ini ialah Belanda, Spanyol, Portugis, Prancis, dan Inggris.
Metode menaklukan itu banyak dilakukan negara penjajah. Mereka melakukan ekspansi dan penaklukan dengan tujuan mencari sumber kekayaan alam di negara lain, terutama di daerah tropis.
Seiring waktu, metode ini telah berkembang. Kebijakan perpecahan, karenanya bukan lagi sekedar strategi militer, melainkan strategi politik. Dengan memecah belah suatu negara, akan lebih mudah untuk ditaklukan
Belanda membentuk negara boneka antara tahun 1947 dan 1948 yang mencakup lima negara boneka, termasuk Indonesia Timur (sekarang Papua), Sumatera Timur, Madura, Pasundan, Sumatera Selatan, dan Jawa Timur. Tujuan Belanda membentuk negara boneka adalah untuk menjanjikan kemerdekaan kepada negara-negara tersebut.
Tujuan
Strategi politik adu domba memiliki tujuan untuk mendorong dan menciptakan perpecahan kekuasaan dan harmonisasi dalam kelompok masyarakat dalam suatu kesatuan wilayah. Perpecahan ini, nantinya dapat membuat aliansi tidak tercipta, dan hegemoni dapat dilakukan dengan lebih mudah.
Dengan politik adu domba, juga dapat mengurangi upaya militer yang dapat memakan biaya dan korban yang tinggi bagi pihak yang ingin menguasai. Dengan saling mengadu domba kedua kekuasaan yang berada di dalam wilayah tersebut, membuat pihak yang ingin menguasai, dapat mengoptimalkan penggunaan daya tempur seminimal mungkin.
Rasa permusuhan yang juga tercipta dari politik Devide et Impera, biasanya berlangsung lama. Oleh karena itu, selain dengan memudahkan hegemoni kekuasaan dengan cepat dan seminimal mungkin. Strategi politik ini juga memungkinkan kekuasaan dapat dipertahankan dalam waktu yang lama, karena aliansi yang lebih besar, sukar untuk tercipta. (Z-3)