KEMENTERIAN Kesehatan telah mengambil beberapa langkah untuk menangani diabetes di Indonesia. Salah satunya adalah melakukan transformasi layanan kesehatan primer yang bertujuan untuk mencegah dan menanggulangi diabetes melalui peningkatan kesadaran masyarakat, pencegahan primer, pencegahan sekunder dan peningkatan kapasitas dan kapabilitas layanan kesehatan primer.
Inisiatif ini juga berfokus pada promosi kesehatan, deteksi dini, dan akses pengobatan yang lebih baik. Upaya tersebut menunjukkan komitmen pemerintah dalam mengatasi peningkatan kasus diabetes serta meningkatkan kesehatan masyarakat.
"Kemenkes memiliki komitmen untuk penanganan kesehatan dari tingkat primer sampai ke sistem pendukung lainnya, termasuk di dalamnya pencegahan dan pengendalian diabetes," kata Ketua Tim Kerja Penyakit Diabetes Melitus dan Gangguan Metabolik Kemenkes Esti Widiatuti, Minggu (2/4).
Baca juga: Calon Jemaah Umrah Harus Cek dan Ricek dalam Memilih Travel
Prevalensi diabetes di Indonesia terus meningkat dari 10,7 juta jiwa pada 2019 menjadi 19,5 juta pada 2021, membawa Indonesia ke peringkat kelima di dunia, naik dari peringkat tujuh pada 2019. Laporan BPJS Kesehatan 2020 menunjukkan bahwa hanya 2 juta jiwa yang telah terdiagnosis dan mendapatkan penanganan melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), dan hanya 1,2 persen kasus yang dapat mengontrol kadar gula darah mereka dengan baik untuk menghindari komplikasi.
"Kami fokus kepada transformasi layanan primer, transformasi layanan rujukan, transformasi sistem ketahanan kesehatan, transformasi sistem pembiayaan kesehatan; 5 transformasi SDM kesehatan, dan transformasi teknologi kesehatan. Dengan penguatan penanganan semua aspek penanganan kesehatan ini, kami berharap dapat mengurangi 25 persen komplikasi klinis diabetes," ujarnya.
Baca juga: Asosiasi Tuding Pengawasan dan Pembinaan Pelaksaan Umrah belum Maksimal
Kemenkes, Dinkes Jawa Barat, Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI), dan Novo Nordisk Indonesia berhasil menjangkau orang dengan diabetes di pedesaan dan sekaligus meningkatkan akses ke pengobatan dan perawatan diabetes melalui berbagai inisiatif di Jawa Barat untuk menyediakan akses perawatan diabetes yang optimal di daerah pedesaan. Saat ini, pilot project sedang berjalan di 46 fasilitas kesehatan primer di Jawa Barat. Dalam empat bulan pelaksanaannya, kegiatan ini telah berhasil melakukan skrining diabetes terhadap 30 ribu jiwa.
Kepala Bidang Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (P2) Dinas Kesehatan Jawa Barat Rochady Hendra Satya mengatakan Dari total yang masyarakat yang berhasil dijangkau pilot project ini, 6 persen dari mereka mengidap diabetes tipe-2, 8 persen dari mereka berada dalam kondisi pra-diabetes, dan 18 persen dari mereka memiliki kondisi obesitas. Angka ini lebih tinggi dari data Riskesdas 2018 dan sampel data BPJS 2021. Menurut data Riskesdas 2018 hanya 2 persen populasi Indonesia yang mengidap diabetes.
"Dari 1.800 pasien diabetes yang berhasil dijangkau dalam pilot project di Jawa Barat, data menunjukkan bahwa kadar rata-rata HbA1c mereka adalah 9,3 persen, lebih tinggi dari rekomendasi HbA1c untuk pengidap diabetes 7 persen," ujarnya. (H-2)