17 March 2023, 13:25 WIB

Website Project Multatuli Diretas Usai Laporan Kasus Pencabulan


Mohamad Farhan Zhuhri | Humaniora

medcom
 medcom
Ilustrasi

Direktur Eksekutif Project Multatuli Evi Mariani mengatakan situs Project Multatuli diretas setelah merilis laporan terkait kasus pencabulan di Baubau. Konsultan IT Project Multatuli mendeteksi kenaikan aktivitas tidak wajar di projectmultatuli.org sejak Selasa (14/3).

“Ini kedua kali kami mengalami serangan digital. Keduanya berkaitan dengan perjuangan ibu demi keadilan atas kekerasan seksual yang menimpa anak-anaknya, dan keduanya berkaitan dengan bagaimana polisi menangani laporan sang ibu,” kata Evi dalam keterangan tertulis, Jumat (17/3).

Sebelumnya, Project Multatuli mengalami serangan siber berupa DDoS. Serangan siber itu terjadi  setelah menerbitkan laporan kekerasan seksual terhadap tiga anak di Luwu Timur, Sulawesi Selatan, pada Oktober 2021.

Baca juga: EKOSISTEM Belajar.id Perkuat Kolaborasi Antarsiswa di Jateng-DIY

Evi mengatakan Project Multatuli Selasa (14/3) pukul 09.00 WIB mendeteksi ada upaya “scanning” atau pemetaan celah yang cukup membebani server kami. Pukul 15.00, mulai terjadi serangan dengan metode HTTP Flood menggunakan bot di berbagai tempat, yang sulit dibedakan dari lalu lintas normal di website. Serangan-serangan ini bertujuan mencari celah pengambilalihan di situs Project Multatuli. Karena gagal, serangan berhenti sementara.

Rabu (15/3), pukul 09.00, mulai terjadi lonjakan aktivitas dan permintaan akses yang juga membebani server. Peningkatan serangan ini berlangsung sampai pukul 21.00. Akibatnya, beberapa pembaca mengeluh website Project Multatuli menjadi sangat lambat, bahkan tidak dapat dibuka.

Baca juga: WSIS Forum 2023: Perkuat Literasi Digital bagi Disabilitas

Terjadi juga ancaman data scraping yang bertujuan mencari celah di website Project Multatuli untuk disusupi. Selain itu, Project Multatuli mendeteksi serangan lain berupa payload attack.

Pada Kamis (16/3), Project Multatuli telah melaporkan insiden ini kepada Aliansi Jurnalis Indonesia melalui advokasi.aji.org. Data AJI menunjukkan sudah ada 20 laporan baru di tiga bulan pertama 2023. Tahun 2022, ada 61 kekerasan dilaporkan.

"Tidak seperti yang dikatakan Pak Presiden di Hari Pers Nasional Februari lalu, kebebasan pers sudah bagus. Tidak, Pak Jokowi, kebebasan pers di Indonesia belum baik-baik saja," kata Evi. (Z-3)

BERITA TERKAIT