12 March 2023, 16:25 WIB

Lingkungan Pengaruhi Tindakan Anak


Atalya Puspa | Humaniora

Dok. Ist
 Dok. Ist
Ilustrasi

KASUS penganiayaan brutal yang dilakukan oleh anak-anak menjadi sorotan. Salah satunya ialah seorang siswa yang membunuh temannya di wilayah Cibinong. 

Menanggapi hal itu, Pendiri Indonesia Chlid Online Protection Maria Advianti menilai, aksi brutal yang dilakukan anak-anak merupakan imitasi yang dilakukannya karena melihat lingkungan sekitar.

"Dugaan saya, akar masalah tindakan brutal anak-anak saat ini yang terbesar berawal dari keluarga. Karena ayah dan ibu melakukan kekerasan pada anak-anaknya, maka saat sudah lebih besar anak-anak ini banyak yang mengimitasi pola kekerasan yang diperoleh dari orang tuanya," kata Maria saat dihubungi, Minggu (12/3).

Ia juga menilai, sumber imitasi kekerasan lain bisa juga berasal dari tontonan di internet. Baik video, game online atau tontonan lain yang saat ini banyak mengumbar adegan kekerasan, horor-sadistis dan lainnya yang sering ditonton anak-anak.

Baca juga: Sekelompok Remaja Nekat Tawuran demi Konten, 13 Pelaku Ditangkap

“Anak yang sering menonton genre adegan tertentu akan mengalami desensitisasi, atau sensitivitas yang berkurang akibat tontonan tersebut menjadi biasa saja bagi mereka. Misalkan adegan horor yang menakutkan saat pertama kali ditonton, ketika dua tiga atau empat kali ditonton menjadi berkurang efek horornya," ucap dia.

Demikian juga ketika anak terbiasa menerima kekerasan dari orang tuanya, dan sering menonton tayangan kekerasan, sensiitivitas terhadap rasa sakit akibat kekerasan tersebut menjadi lebih bisa ditahan. Dan mereka menganggap orang lain pun akan dapat menahan rasa sakit itu, sehingga saat ia mengimitasi perilaku kekerasan tersebut, cenderung lebih brutal karena sensitifitasnya berkurang.

Baca juga: Polres Tangsel Tangkap Pelaku Tawuran Yang Menggunakan Air Keras

Ia mengakui, berdasarkan data yang dirilis Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), selama lima tahun terakhir, jumlah anak korban dan pelaku kekerasan terus meningkat. Data lain juga memperlihatkan korban dengan pelaku pelanggaran hak anak, yang menunjukkan pelaku kekerasan yang terbanyak justru ayah kandung dan ibu kandung, lalu ayah tiri dan ibu tiri, selanjutnya barulah orang tidak dikenal.

Untuk itu, menurut dia, perlu kontrol yang baik dari orang tua dan lingkungan sekitar agar anak-anak tidak mengikuti perilaku brutal yang berujung pada tindak kekerasan. (Z-10)

BERITA TERKAIT