MASYARAKAT Bogor dikenal ramah, sopan, murah senyum dan religius. Mayoritas masyarakatnya suku Sunda dan sangat kental dengan budaya, nilai-nilai kearifan lokal, dan etika sosial.
Pedoman hidup saling menghargai sesama dipegang teguh. Seperti istilah “kawas gula eujang peueut” yang memiliki arti 'hidup harus rukun saling menyayangi, tidak pernah berselisih'.
Pemerhati Kebijakan Publik Yorda Imam Sutomo dalam diskusi podcast bersama Pakar Perilaku Sosial Reynaldi Zein belum lama ini mengungkapkan dirinya pun memiliki kesan yang spesial dengan masyarakat Bogor karena keramahan dan kesantunan yang melekat di diri mereka.
Baca juga: Ketua DPRD Ingatkan 4 Hal kepada Masyarakat Kota Bogor
Jebolan Fakultas Hukum Universitas Brawijaya itu sebenarnya pernah tinggal di Bogor walau kelahiran Jakarta.
"Beberapa tahun silam ketika papa saya mengabdi di sana (Bogor), saya tahu betul karakteristik yang dimiliki oleh masyarakat. Keramahan dan murah senyum itu sangat melekat dan terngiang-ngiang dalam memori saya, selain kulinernya yang sangat unik dan beragam," ucap Yorda.
Baca juga: Komisi III dan Hipjaskon Kota Bogor Bahas Peningkatan Kualitas Infrastruktur, Ini Syaratnya
Yorga juga melihat saat ini Bogor mengalami kemajuan signifikan. Namun, dibalik itu ada persoalan yang dihadapi oleh masyarakat yakni masalah kemacetan. Ke depannya, kebijakan publik dan produk regulasi harus adaptif dengan situasi masyarakat khususnya dalam mengatasi dan mengurai kemacetan. Dibutuhkan sistem transportasi yang terintegrasi untuk mendukung mobilitas dan produktivitas masyarakat.
Selain itu, potensi kuliner Bogor yang unik dan beragam itu perlu ditingkatkan. Inovasi dan kreativitas menjadi jalan untuk mewujudkannya. Untuk itu, kreativitas dan kapasitas kaum mudanya harus diberdayakan dan ditingkatkan lagi. Anak-anak muda harus menjadi pelaku dan motor penggerak ekonomi kreatif termasuk kuliner. (Z-6)