08 March 2023, 23:55 WIB

Leptospirosis Mewabah di Pacitan dan Semarang, Rawan Tulari Pasien Komorbid


Zubaedah Hanum | Humaniora

AFP
 AFP
Ilustrasi

DOKTER spesialis penyakit dalam dari RSUP Dr Kariadi Semarang Muchlis Achsan Udji Sofro mengatakan penyakit leptospirosis yang disebabkan bakteri leptospira intterogans atau leptospirosis akut, rawan menjangkiti penderita dengan komorbid atau penyakit bawaan.

Umumnya para penderita leptospirosis akut, yang tertular dari urine hewan yang terinfeksi, ikut mengalami infeksi pada organ tubuh lainnya dan meningkatkan tingkat fatalitas kasus.

"Faktor yang menyebabkan kasus leptospirosis akhirnya meninggal terutama terjadi karena adanya komorbid seperti diabetes melitus tidak terkontrol, hipertensi tidak terkendali, ginjal kronis," kata Muchlis dalam diskusi daring bersama media di Jakarta, Rabu (8/3).

Baca juga : Awas Leptospirosis, 5 Warga Semarang Meninggal Dunia

Menurut dia, biasanya fatalitas terjadi akibat bakteri leptosprira intterogans yang menjadi penyebab leptospirosis menjalar ke organ-organ yang sebelumnya telah bermasalah dari adanya penyakit penyerta.

Beberapa penyakit penyerta yang memiliki fatalitas kasus lebih tinggi apabila pasien juga mengalami leptospirosis di antaranya diabetes melitus, ginjal kronis, sirosis hati, dan lupus eritematosus sistemik.

Baca juga : Waduh! Wabah Leptospirosis di Pacitan Bertambah Sampai 126 Kasus, 6 Meninggal Dunia

Apabila tidak ditangani dengan tepat, maka potensi kasus menuju kematian lebih meningkat. Maka dari itu, Muchlis menyarankan agar dapat mencegah terjadinya kasus leptospirosis akut pada penderita komorbid maka pasien harus disiplin mengecek kondisi penyakit penyertanya tersebut.

"Kelemahan kita itu penyakit tidak menularnya belum dikontrol dengan baik. Banyak pasien diabetes melitus tidak mau kontrol karena tidak bergejala, banyak pasien hipertensi malas minum obat. Harusnya penyakit menular itu diatasi berbarengan dengan penyakit tidak menularnya," katanya.

Adapun leptospirosis ialah penyakit menular akibat bakteri yang umumnya dialami orang yang terkena banjir atau berada di genangan air. Biasanya bakteri tersebut disebarkan melalui urine tikus yang mengontaminasi banjir ataupun genangan air.
Gejalanya secara umum terdiri dari demam tinggi, sakit kepala, hingga nyeri otot. Untuk gejala berat biasanya disertai dengan pendarahan bisa dari mimisan, gusi berdarah, hingga batuk berdarah.

Apabila bergejala ringan hingga sedang, Muchlis menyebut penyakit ini dapat diobati dengan meminum obat antibiotik. Namun untuk kasus leptospirosis berat, pasien disarankan untuk mendapatkan penanganan khusus di rumah sakit.

Musim hujan

Dinas Kesehatan Jawa Timur mencatat jumlah penderita leptospirosis pada tahun 2022 sebanyak 606 kasus. Sedangkan tahun 2023 sampai dengan 5 Maret tercatat telah mencapai 249 kasus. Dari total 249 kasus yang terjadi di Jatim, 204 di antaranya terjadi di
Kabupaten Pacitan dengan jumlah kematian 6 orang.
 
Selanjutnya Kabupaten Probolinggo terdata 3 kasus dengan jumlah kematian 2 orang. Di Kota Probolinggo terdata 5 kasus dengan jumlah kematian 1
orang. Selain itu di Kabupaten Sampang terdata sebanyak 22 kasus, Lumajang 8 kasus, Tulungagung 4 dan Gresik 3 kasus. (Ant/Z-4)

BERITA TERKAIT