20 February 2023, 15:54 WIB

Ketika Imam Al-Ghazali Menyerang Filsafat yang Menyalahi Akidah


Meilani Teniwut | Humaniora

Antara/Suwandy.
 Antara/Suwandy.
Ilustrasi.

TINDAKAN Imam Al-Ghazali terbilang berani. Pemikiran para filsuf pada zaman itu digunduli habis olehnya. Argumen tajamnya lagi pedas telah mewarnai khazanah keilmuan dalam dunia Islam.

Bahkan tak segan ia menyematkan vonis bid'ah dan kafir kepada filsafat. Lebih jelasnya, baca ulasan singkat terkait hal itu sebagaimana dikutip dari @limproduction di Instagram.

Menuntut ilmu

Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali ialah nama lengkapnya. Ia merupakan pelajar muda dari keluarga yang serbakekurangan. Ditambah lagi, ia yatim sejak usia kecil.

Al-Ghazali ialah murid dari Syekh Ahmad Al-Razkani dan Imam Haramain yang masyhur alim dalam bidah fikih. Ia juga belajar mantik dan ilmu kalam kepada Syekh Al-Juwaini.

Karena itu, kealiman para gurunya menurun kepadanya. Bahkan Al-Ghazali tidak hanya ahli dalam bidah fikih, melainkan juga ahli dalam filsafat.

Baca juga: Setiawan Djodi dan Rhoma Irama Cerita tentang Pengalaman Mati Suri

Lah, bukannya tadi Imam Al-Ghazali mengkritik habis-habisan kepada filsafat? Kok malah ahli dalam bidang itu? Ya, beliau mempelajari filsafat untuk menemukan letak kekeliruannya.

Kerancuan filsafat

Perlu dipahami, maksud dari memvonis kufur pada filsafat bukanlah memvonis keseluruhan paham yang diajarkan di dalam filsafat, melainkan sebagian paham yang menyalahi akidah dan paham Islam. Ini karena paham yang dianut para filsuf di era itu dan sebelum-sebelumnya dianggap telah menyalahi akidah Islam, terlebih pada persoalan filsafat ketuhanan dan kosmologi.

Hal itu ia jelaskan dalam kitab Tahafut al-Falasifah atau Kerancuan Filsafat. Setidaknya ada 20 kerancuan para filsuf yang ia serang. Di antaranya:

1. Sanggahan atas pandangan para filsuf tentang keazalian (eternitas) alam. 

2. Penjelasan atas kerancuan para filsuf dalam menjelaskan bahwa Allah adalah Pencipta Alam dan alam adalah ciptaan-Nya. 

3. Sanggahan terhadap penolakan para filsuf tentang kebangkitan tubuh-tubuh dan masih ada 17 kerancauan lain.

Baca juga: Mengenal Imam Al-Muzani Murid Imam Syafii dan Penolong Mazhab

Lantas apakah berbagai argumen yang disampaikan Al-Ghazali langsung disepakati umat Islam begitu saja tanpa ada bantahan? Tentu saja tidak.

Reaksi datang dari seberang benua, tepatnya Andalusia Spanyol. Bantahan atas Tahafut-nya Al-Ghazali dilayangkan oleh Ibnu Rusydi (Averroes) melalui karyanya, Tahafu at-Tahafut (Kerancuan dari Kerancuan). 

Sama seperti Al-Ghazali yang tidak seluruhnya menolak filsafat para filsuf era itu, Ibnu Rusydi juga menyampaikan ketidaksepakatannya pada sebagian pemikiran Al-Ghazali. Di antaranya eksistensi alam yang qadim dan azali misalnya. Ibnu Rusydi berpandangan, perbedaan hanya bersifat tekstual dan tidak menyentuh substansi khilaf lafdzi.

Baca juga: Cerita Anak Buang Ibunya yang sudah Renta ke Hutan

Sifat dahulu yang dimiliki oleh alam (sebagaimana pemikiran para filsuf) tidak sama dengan sifat qadim yang dimiliki Allah. Sebab mustahil penciptaan dilakukan dari titik nihil. Karenanya alam juga bersifat dahulu sekalipun memang tak sejajar dengan qadimnya Allah. Demikian pendapat Ibnu Rusydi.

Terlepas dari polemik filsafat di era dulu (yang sampai membuat sedikit traumatik pada umat Islam), belajar filsafat yang dalam arti mengolah logika secara benar dan tepat adalah kewajiban. Asalkan ya itu, jangan sampai ngawur saja! (OL-14)

BERITA TERKAIT