18 February 2023, 13:25 WIB

Antisipasi Kemarau 2023, BMKG Sarankan Panen Air Hujan


Atalya Puspa | Humaniora

ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha
 ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha
Ilustrasi kekeringan

BADAN Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengingatkan masyarakat untuk melakukan langkah mitigasi musim kemarau 2023. Salah satunya dengan melakukan panen air hujan.

"Mumpung saat ini hujan masih turun, kami mengimbau kepada seluruh masyarakat dan pemerintah daerah untuk melakukan aksi panen hujan dengan cara menampungnya menggunakan tandon air atau bak penampung," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam keterangan resmi, Sabtu (18/2).

BMKG memprediksi musim kemarau di tahun 2023 akan lebih kering jika dibandingkan dengan periode tiga tahun terakhir (2020-2022). Beberapa wilayah yang perlu mewaspadai kekeringan di antaranya Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Nusa Tenggara Barat (NTB).

"Pada saat kemarau nanti, air tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari guna mengantisipasi dampak kekeringan akibat musim kemarau," imbuh dia.

Dwikorita menyebut, dalam waktu beberapa bulan yang akan datang, curah hujan dengan kategori intensitas rendah diprediksi dapat terjadi di beberapa wilayah Indonesia. Sektor-sektor yang terdampak seperti sumber daya air, kehutanan, pertanian, dan kebencanaan perlu melakukan langkah antisipatif untuk meminimalkan potensi dampak kekeringan sebagai konsekuensi kondisi curah hujan rendah tersebut.

"Kondisi cuaca yang kering ini berpotensi mengakibatkan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla). Langkah pencegahan harus dilakukan semua pihak terkait sebagai bentuk mitigasi dan antisipasi," tuturnya.

Baca juga: BMKG Prediksi Kemarau 2023 Lebih Kering

Sementara itu, Plt Deputi Bidang Klimatologi BMKG Dodo Gunawan menerangkan setelah mengalami kondisi La Nina selama tiga tahun terakhir (2020-2022) yang mengakibatkan iklim basah, pemantauan terbaru suhu permukaan laut di Samudra Pasifik menunjukkan saat ini intensitas La Nina terus melemah, dengan indeks pada awal Februari 2023 sebesar -0,61.

Kondisi La Nina ini, lanjut Dodo, diprediksi akan terus melemah dan beralih menuju kondisi netral pada Februari - Maret 2023. Kondisi ENSO Netral diprediksi akan terus bertahan hingga pertengahan tahun 2023. Kondisi ini, kata dia, menyebabkan musim kemarau tahun 2023 diprediksikan lebih kering dibandingkan tiga tahun terakhir.

Dodo merinci, daerah yang diprediksikan mendapatkan potensi curah hujan bulanan dengan kategori rendah (akumulasi kurang dari 100 mm/bulan) berpeluang besar terjadi. Ia merinci, pada Maret curah hujan dengan intensitas rendah berpotensi terjadi di bagian tengah Sulawesi Tengah. Sementara itu pada April terjadi di sebagian NTB, sebagian NTT dan bagian tengah Sulawesi Tengah.

Selanjutnya, pada Mei berpotensi terjadi di bagian selatan Sumatra Selatan, pesisir utara Banten, DKI Jakarta, pesisir utara Jawa Barat, bagian timur Jawa Tengah, sebagian besar Jawa Timur, sebagian Bali, sebagian NTB, dan sebagian NTT. Selain itu, pada Juni berpotensi terjdi di sebagian Aceh, sebagian Sumatra Utara, sebagian Jambi, sebagian Sumatra Selatan, sebagian Lampung, sebagian Banten, DKI Jakarta, sebagian Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, sebagian Kalimantan Selatan, sebagian Sulawesi Selatan, dan sebagian Papua bagian selatan.

Lalu pada Juli-Agustus berpotensi terjadi di sebagian Aceh, sebagian Sumatra Utara, sebagian Jambi, sebagian Sumatra Selatan, sebagian Lampung, sebagian Banten, DKI Jakarta, sebagian Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, sebagian Kalimantan Selatan, sebagian Sulawesi Selatan, sebagian Sulawesi Tengah, sebagian Gorontalo, sebagian Sulawesi Utara dan sebagian Papua.

"BMKG bekerja sama erat dengan sektor-sektor yang dapat terdampak oleh kekeringan, dengan memberikan informasi update reguler mengenai perkembangan iklim maupun bersama-sama menetapkan langkah-langkah mitigasinya," pungkas Dodo.(OL-5)

BERITA TERKAIT