WAKIL Rois Syuriah Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCI NU) Tiongkok Budy Sugandi mengungkapkan ada tiga hal yang harus diperkuat oleh NU untuk bisa semakin berkiprah di lingkup global.
Pertama adalah menggandeng sebanyak-banyaknya organisasi terutama keagamaan di luar negeri. Langkah tersebut sedianya saat ini sudah dilakukan oleh PCI-PCI yang tersebar di 35 negara.
Khusus di Tiongkok, pihaknya sudah melakukan banyak kolaborasi dengan sejumlah institusi religiositas setempat.
"Kami bekeja sama dengan organisasi keagamaan di Tiongkok karena Islam itu tumbuh berkembang di sini," ujar Budy kepada Media Indonesia, Selasa (7/2).
Melalui kolaborasi itu, PCI NU dan banyak organisasi keagamaan di Tiongkok kerap berdiskusi dan melakukan kegiatan bersama. Bahkan, sejumlah pemuka agama dari Negeri Tirai Bambu pernah diundang secara khusus ke Indonesia untuk mengikuti seminar terkait moderasi beragama.
"Jadi mereka bisa melihat, belajar, bahwa Islam dan agama-agaman lain di Indonesia itu bisa hidup rukun dan damai. Ketika pulang, mereka bisa menyebarkan apa yang mereka lihat dan pelajari di Indonesia," sambung Budy.
Baca juga: Erick Thohir: NU Telah Melintasi Berbagai Zaman dan Generasi
Sebaliknya, PCI NU Tiongkok juga menggambarkan kehidupan pemeluk Islam di negara tersebut melalui buku dan mempublikasikannya kepada masyarakat Tanah Air.
"Kami baru saja menerbitkan buku Santri Indonesia di Tiongkok. Ini tujuannya untuk memberi pemahaman utuh kepada masyarakat terutama di Indonesia agar mereka mengetahui praktik keagamaaan di sini. Ini kami lakukan karena kadang sering disalahpahami, dipolitisasi juga," jelasnya.
Kemudian, langkah kedua adalah dengan berperan aktif dalam memediasi berbagai konflik yang terjadi di dunia.
NU, lanjut Budy, harus berkontribusi memberi jalan damai atas pertikaian-pertikaian yang terjadi seperti di Timur Tengah atau bahkan di Ukraina.
"Dengan begitu, wajah NU akan semakin baik di lingkup global," paparnya.
Langkah terakhir, Budy mengatakan kader nahdliyin muda yang sedang bersekolah di luar negeri harus mampu menguasai sebanyak-banyaknya ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama yang sedang booming di zaman ini.
"Seperti artificial intelligence dan nano technology. Itu harus dikuasai. Sehingga ketika mereka bisa berkontribusi lebih besar lagi baik bagi Indonesia maupun dunia," tukasnya.(OL-5)