01 February 2023, 10:25 WIB

Generasi Milenial Cenderung Abaikan Nilai-nilai Agama yang Membuatnya Rapuh


Agus Utantoro | Humaniora

MI/ramdani
 MI/ramdani
Anak-anak generasi milenial bermain gadget yang terkoneksi internetdi pemukiman gang sempit kawasan Kwitang, Jakarta Pusat, Kamis (2/6)

PROFESOR Eva Latipah, dikukuhkan sebagai Guru Besar bidang Ilmu Psikologi Pendidikan Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, Selasa (31/1/2023).

Dalam pengkuhan tersebut, Prof. Eva Latipah menyampaikan pidato ilmiah yang memaparkan potret generasi milinial atau yang biasa disebut dengan Digital Generation (generasi digital). Generasi yang lahir pada kurun 1990-2000.

Generasi yang lahir dan tumbuh dengan perkembangan teknologi digital, ungkap Prof. Eva Latipah, akrab dengan teknologi digital dalam setiap aspek kehidupannya. Generasi digital atau generasi milenial ini, lebih memilih berkomunikasi melalui teknologi online atau pesan teks.
Kondisi pendidikan generasi milenial sudah baik dan mudah diperoleh. Generasi milenial merupakan populasi paling besar di abad ini, utamanya di Indonesia. Kondisi ini menuntut mereka untuk kreatif menciptakan lapangan pekerjaan, bukan mencari pekerjaan.

Menurut Prof. Eva Latipah kondisi ini juga berimbas pada pelepasan nilai-nilai agama atau moral disengagement dialami sebagian besar generasi milenial. "Generasi digital cenderung mengabaikan nilai-nilai agama dan standar moralitas, tanpa merasa bersalah. Moral disengagement
merupakan proses meyakinkan diri generasi milenial bahwa standar agama atau moral tidak berlaku pada diri sendiri dalam konteks tertentu," tegasnya.

Prof Eva Latipah berharap, dengan melihat potret generasi milenial tersebut hendaknya dapat mendorong pelaku pendidikan tak terkecuali Lembaga Perguruan Tinggi Islam untuk memetakan bagaimana mengembangkan potensi mereka agar dapat berkembang secara maksimal dalam membangun peradaban yang lebih baik. Sehingga, lanjutnya lagi pelaku pendidikan tinggi perlu memahami beberapa hal terkait bagaimana mengembangkan potensi generasi milenial secara maksimal dan mempertahankan agar generasi milenial tetap memiliki tekad untuk mempertahankan nilai-nilai agama/standar moral.

Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk generasi digital tersebut antara lain perlunya dipahami regulasi diri dalam penguatan nilai-nilai agama generasi milenial. Regulasi diri jelasnya adalah pengontrolan terhadap kognisi, perilaku, emosi dan motivasi melalui penggunaan
strategi-strategi pribadi.

"Perlunya menganalisa dan menetapkan strategi bagaimana menanamkan nilai-nilai agama atau standar moral kepada generasi milenial, sehingga nilai-nilai agama atau standar moral tersebut dapat lebih memotivasi mereka untuk menghadapi setiap kesulitan dan tantangan dengan baik.
Nilai-nilai agama tersebut dapat membuat generasi milenial menjadi lebih gigih dan lebih memiliki ekspektasi terhadap hasilnya," ujarnya.

Untuk kalangan pelaku pendidikan Prof. Eva Latipah berpesan agar memiliki strategi bagaimana memberikan pemahaman kepada generasi milenial tentang kontrol diri, menjaga konsentrasi, dan menggunakan strategi yang tepat agar motivasi belajar tidak menurun, serta untuk melacak kemajuan menuju tujuan yang ditetapkan.

Perlu pula strategi bagaimana memberikan pemahaman kepada generasi milenial dalam mengobservasi diri, merefleksi diri, mengontrol emosi saat menghadapi kegagalan, serta bagaimana memotivasi diri untuk terus bangkit berusaha hingga berhasil mencapai tujuan.

Dikatakannya, untuk generasi digital itu perlu diberikan pemahaman bagaimana melakukan reaksi diri secara adaptif bukan defensif. Ketika milenial membuat keputusan adaptif, kemauan untuk melakukan strategi yang sama atau strategi yang baru akan dilakukan untuk mendapatkan hasil
yang lebih baik. Tetapi ketika memilih defensif saat mengalami kegagalan, maka akan timbul sikap apatis, tidak berminat lagi, bahkan akan memunculkan sikap ketidakberdayaan.

"Karena itulah sangat penting peran pelaku pendidikan tinggi untuk menanamkan nilai-nilai perjuangan diri yang tangguh," ujarnya.

Sementara itu dalam sambutannya usai pengukuhan, Rektor UIN Sunan Kalijaga Prof. Al Makin mengemukakan Prof. Eva Latipah mengkritisi generasi milenial, yang menurutnya harus tetap membutuhkan agama.

Dikatakan, di era ini munculpersaingan kompetitif yang mendorong generasi milenial mudah frustasi, stress, dan depresi. Di kalangan generasi digital ini, ujar Prof. Makin, terlihat pula adanya peningkatan kemalasan sebagai efek sering bermain ponsel dan seringnya mereka termakan informasi informasi yang tidak benar (hoax).

Di dunia pendidikan, imbuhnya, mahasiswa banyak melakukan copy paste untuk tugas-tugas perkuliahan, melakukan kecurangan-kecurangan akademik seperti menyontek, mencari bantuan dari luar saat ujian, plagiarisme, dan menyontek dengan bantuan elektronik.

Kalangan generasi ini utamanya para mahasiswa katanya, banyak dikritik atas tindakan-tindakan ini, mereka seringkali merasa tidak bersalah bahkan mereka mencari alasan sebagai pembenaran atas segala tindakannya sehingga seolah olah tindakannya tersebut 'benar'.

Pada akhirnya, tingginya penggunaan teknologi-informasi potensial mendorong generasi milenial melakukan pelepasan moral (moral disengagement). Kondisi tersebut, lanjutnya memerlukan pendidikan yang idealis untuk generasi milenial. (OL-13)

BERITA TERKAIT