25 January 2023, 19:13 WIB

Tokoh Lintas Agama Serukan Perwujudan Dokumen Abu Dhabi


Dinda shabrina | Humaniora

ANTARA
 ANTARA
Sekretaris PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti saat menandatangani pernyataan sikap implementasi Dokumen Abu Dhabi di Universitas Atma Jaya, Jakarta

SEMBILAN pemuka agama dan kepercayaan Indonesia berkumpul di Jakarta dan sepakat mendorong penyelesaian masalah kemanusiaan yang terjadi di Tanah Air dengan mengutamakan pendekatan damai, seperti yang menjadi komitmen dalam Dokumen Abu Dhabi untuk Perdamaian Dunia yang ditandatangani oleh Paus Fransiskus dan Imam Besar Al Azhar Syaikh Ahmad Al Thayyib pada 2019 lalu.

Kegiatan tersebut juga menghasilkan Deklarasi Atma Jaya yang ditandatangani oleh para pemuka agama dan kepercayaan yang diserahkan kepada Kementerian Agama selaku wakil pemerintah. Nantinya diharapkan menjadi fasilitator tindak lanjut dari seminar yang dihadiri sekitar 350 peserta yang merupakan pemimpin umat lintas agama dan kepercayaan, mahasiswa, para tokoh masyarakat, lembaga pendidikan, maupun LSM.

Baca juga: Jenis dan Cara Menghitung Tempo

Dalam sambutannya, Ketua Pembina Yayasan Atma Jaya Ignatius Kardinal Suharyo mengatakan, seminar ini merupakan realisasi dari Dokumen Abu Dhabi yang mendorong keberadaan agama-agama di dunia untuk mampu mempersembahkan hal yang paling bermanfaat bagi eksistensi manusia, yaitu perdamaian. 

“Kita semua berharap pertemuan di Atma Jaya ini adalah sebagai awal dari munculnya gerakan bersama untuk mewujudkan Dokumen Abu Dhabi. Gerakan ini membutuhkan kerja sama dari kita, bukan kami atau mereka. Ini gerakan kita bersama dan perdamaian membutuhkan dua pilar, yaitu pendidikan dan keadilan,” kata Ignatius, Rabu (25/1). 

Perwakilan dari Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia, Pdt. Gomar Gultom, mengatakan bahwa Dokumen Abu Dhabi ini merupakan undangan untuk semakin menjadi pembawa damai sekaligus pengingat keras bagi kita semua untuk menjalankan nilai-nilai agama secara substansial serta mendorong rekoneksi untuk gerakan moral dan gerakan sosial kemanusiaan. 

Sementara itu, perwakilan dari Muhammadiyah, Prof. Abdul Mu’ti mengatakan, dokumen ini memberikan kepada kita pelajaran bahwa agama itu berbeda secara ritual tapi memberi banyak kesamaan mengenai persoalan kemanusiaan. 

“Satu hal penting: One Humanity, One Responsibility, untuk kemanusiaan konteksnya manusia sebagai mahluk Tuhan yang sangat mulia dan memiliki hak untuk mencapai kebahagiaan. Dokumen Abu Dhabi, bukan hanya etika tetapi etik,” kata Prof Abdul. 

Adapun Deklarasi Atma Jaya merupakan hasil dari dialog yang dilakukan hari ini, secara umum berisikan hal sebagai berikut; “Memperhatikan bahwa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk dari segi agama, ras, suku, budaya; bahwa hubungan antara anak bangsa kerap kali diganggu oleh kepentingan politik dan kepentingan-kepentingan lain yang tidak terpuji; dan bahwa masa depan kehidupan keagamaan dan kebangsaan ditentukan oleh usaha menghidupkan persaudaraan sejati antara umat lintas agama dan kepercayaan.

Selanjutnya para pemimpin umat lintas agama dan kepercayaan serta pimpinan Yayasan Atma Jaya dan Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya bersepakat dan menyatakan: 

1. Mendukung semua pihak dalam upaya menegakkan kemanusiaan dan persaudaraan sejati antara umat lintas agama dan kepercayaan.

2. Mengutamakan pendekatan damai tanpa kekerasan dalam menyelesaikan segala konflik nasional dengan mengutamakan hak asasi setiap warga, kesetaraan, keadilan, dan belas kasih. 

3. Melibatkan orang muda dan mahasiswa dalam aksi-aksi nyata membangun relasi persaudaraan lintas agama dan kepercayaan dalam rangka merawat kebinekaan.

4. Mengembangkan kerja sama perguruan tinggi, umat Lintas agama dan kepercayaan untuk memperkuat pesaudaraan kebangsaan.

5. Mengecam dan menolak keras terorisme dan segala bentuk kekerasan yang mengatasnamakan ajaran agama dan kepercayaan.

Dengan menghidupkan Dokumen Abu Dhabi dalam dialog karya ini diharapkan dapat mewujudkan gerakan bersama untuk mengatasi permasalahan kemanusiaan tanpa memandang perbedaan terutama oleh generasi muda dan komponen masyarakat lainnya yang bergotong royong mengatasi masalah riil kemanusiaan. (Dis)

BERITA TERKAIT