15 December 2022, 08:02 WIB

Kolaborasi Pengendalian Karhutla Terbukti Efektif


mediaindonesia.com | Humaniora

Dok.KLHK
 Dok.KLHK
Satgas Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan. 

KERJA sama yang terbangun dalam mengatasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) telah dilakukan setidaknya sejak 10 tahun silam melalui Satgas Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan. Kolaborasi antar Kementerian dan Lembaga (K/L) yang di­pimpin oleh Menkopolhukam ini terus bersiaga tak hanya di darat namun juga melalui udara.

Kerja sama dan kolaborasi dalam mengantisipasi dan mengatasi karhutla ini terus dipererat. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) juga mengambil pe­ranan penting untuk memberikan informasi terkait dinamika iklim yang terjadi di Tanah Air yang bisa meme­ngaruhi potensi karhutla.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan terdapat tiga faktor kondisi iklim global yang mempengaruhi iklim di Indonesia selama 2022, yaitu kondisi La Nina, Indian Ocean Dipole, dan menghangatnya suhu muka laut. Hal itu berkontribusi pemanasan suhu dan kekeringan di sebagian wilayah hutan.

Meski ketiga faktor tersebut secara umum memengaruhi iklim cenderung basah, ke­keringan juga masih terjadi di beberapa daerah dan bisa berdampak  terjadi karhutla jika tidak diantisipasi dan dikontrol dengan cermat.

Baca juga: Solusi Tangguh Penanganan Karhutla Capai Hasil Positif

Beberapa titik panas hotspot sempat terjadi di kawasan hutan di Kalimantan, Sumatra dan Bangka Belitung. Namun karena kesiapsiagaan tim terpadu penanggulangan karhutla maka hotspot tersebut tidak merambat ke wilayah yang lebih luas dan kebakaran bisa dilokalisasi dan diminimalkan.

Di tempat terpisah, Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG Dodo Gunawan menyatakan upaya deteksi dini ini sangat penting untuk meminimalisir terjadinya karhutla di Indonesia yang memiliki cakupan wilayah hutan sangat luas.

“BMKG memiliki sistem peringatan kebakaran (Fire Danger Rating System/FDRS) dan dimaksimalkan dengan pengamatan dari stasiun yang dimiliki BMKG,” kata Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG Dodo Gunawan saat dihubungi, Minggu (4/12).

Nantinya BMKG memberikan informasi berupa peta sebaran titik panas dan lintasan asap, informasi cuaca hujan atau kering, dan potensi pertumbuhan awan hujan. Kemudian BMKG terus update secara berkala prakiraan musim sebagai early warning dalam skala musim untuk memberikan informasi apakah akan terjadi siklus el Nino atau tidak.

Diketahui bahwa el Nino merupakan fenomena pemanasan suhu muka laut sehingga mengakibatkan pengurangan curah hujan di sejumlah wilayah. Alhasil akan terjadi kekeringan dan meningkatkan jumlah titik api, sehingga rawan terjadi kebakaran hutan dan lahan.

Namun hal itu bisa diantisipasi melalui koordinasi yang sudah terbangun selama ini. “Bahkan di lapangan seluruh komponen TNI dan Polri bersama masyarakat dan Manggala Agni melakukan patroli pencegahan dan penanggulangan,” jelasnya.

Semakin solid

Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari menyampaikan, Satgas Penanggulangan Karhutla terus berkolaborasi dengan berbagai instansi terkait pembuatan rencana strategis penanggulangan karhutla. “Sejak 4 tahun ini perencanaannya juga semakin rapi,” jelas Abdul saat dihubungi, Minggu (4/12).

Ia menjelaskan, sebetulnya program kolaborasi ini adalah untuk menjalankan amah dari Presiden Joko Widodo bahwa karhutla harus di­cegah sebelum terbakar dan saat terbakar jangan sampai meluas.  

Karena itu, BNPB telah membentuk Desa Tangguh Bencana Karhutla serta melakukan edukasi kepada publik terkait mitigasi karhuta. Selain itu, BNPB juga mendo­rong pemerintah daerah untuk melakukan mitigasi jangka panjang berbasis ve­getasi.

Pada saat status tanggap darurat karhutla ditetapkan di suatu daerah, BNPB akan memberikan bantuan operasi udara seperti pemberian dukungan helikopter untuk operasi pemadaman maupun patroli.

“Ada satgas darat juga yang memang siaga saat ada prediksi panas dari BMKG. Dan kami BNPB juga memantau secara rutin dari udara,” jelas dia.

Namun, kata Abdul, ada berbagai kendala dihadapi dalam mitigasi bencana karhutla yang sering terjadi. Misalnya, seperti saat masa el Nino, yang bisa memengaruhi efektifitas dari aksi pemadaman karhutla di wilayah lahan gambut. 

“Ini tidak bisa hanya ditangani dengan water booming, harus dengan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) untuk menurunkan hujan buatan. Efektifitasnya bisa 60% memadamkan kebakaran,” tandas dia.

Diakui Abdul Muhari semua perencanaan strategis terkait penanggulangan karhutla ini semakin rapi, efektif dan efisien.(Gan/Iam/Dis/OL-10)

BERITA TERKAIT