01 December 2022, 19:03 WIB

Traveling Salah Satu Alat untuk Healing


Mediaindonesia.com | Humaniora

Antara/Muhammad Iqbal.
 Antara/Muhammad Iqbal.
Kapal wisata Bosphorus Cruise melintas di Laut Marmara Istanbul, Turki.

TRAVELING alias berwisata bisa menjadi alat untuk memperbaiki kondisi jiwa yang kini disebut healing. Kegiatan-kegiatan seperti mencari pengalaman baru melalui traveling maupun eksplorasi hal-hal baru melalui aktivitas liburan dan berwisata dapat menjadi salah satu upaya mengenal dan mencintai diri yang baik.

Ketua dan founder Asosiasi Kesehatan Remaja Indonesia (Akar), yaitu organisasi yang memiliki fokus perhatian pada kesehatan remaja usia 10-24 tahun, dr Fransisca Handy, menjelaskan hal itu dalam siaran pers pada Kamis (1/12). Menurutnya, kesehatan jiwa merupakan masalah yang sangat kompleks dan dilematis karena stigma yang telanjur melekat akibat kurangnya pemahaman akan isu ini.

"Oleh karena itu, pentingnya berhenti sejenak memberikan waktu bagi diri untuk mengenal dan mencintai diri sendiri sangat penting dilakukan," ujarnya. Ketika seseorang merasakan emosi yang sangat kuat dapat diikuti dengan keluhan fisik

Kesehatan jiwa dipengaruhi faktor-faktor seperti tingginya tingkat stres di pekerjaan atau perkuliahan, masalah percintaan atau hubungan dengan keluarga dan teman, persaingan lewat media sosial serta kemampuan untuk mengelola situasi dan emosi yang dirasakan. Informasi terkait regulasi emosi dan cara pengelolaan stres yang sehat belum banyak diketahui masyarakat, khususnya anak muda.

Banyak anak muda berkeluh kesah di media sosial atau bercerita pada orang yang salah atau melakukan hal-hal yang terkesan membantu sesaat seperti merokok dan perilaku adiktif lainnya sebagai cara mengelola stres. Salah satu kekhawatiran yang disampaikan dr Fransisca ialah jika hal ini dibiarkan berlarut-larut akan memengaruhi kualitas hidup mereka ke depan.

"Di sinilah kami aktif mengkampanyekan pentingnya menjaga memiliki kemampuan regulasi emosi yang sehat, mengelola stres, mengenal dan menghargai diri sendiri sebagai upaya untuk menjaga kesehatan jiwa anak muda dan kepada masyarakat pada umum. Kita semua bertanggung jawab untuk membentuk ekosistem yang kondusif bagi kesejahteraan anak muda," tambah dr Fransisca.

Dia mengatakan kesadaran masyarakat Indonesia akan pentingnya aspek kesehatan mental masih minim di tengah tingginya jumlah populasi yang mengalami gangguan kesehatan mental. Menurut data yang dilansir oleh Kemenkes pada 2021, tercatat 20% dari total penduduk Indonesia mengalami potensi masalah kesehatan mental. (Ant/OL-14)

BERITA TERKAIT