KEMENTERIAN Kesehatan (Kemenkes) resmi meluncurkan Biomedical & Genome Science Initiative (BGSi) di Gedung Eijkman RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta, Minggu (14/8).
Peluncuran BGSi merupakan upaya menghadirkan pengobatan yang presisi bagi masyarakat.
BGSi merupakan program inisiatif nasional pertama yang dibuat oleh Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin guna mengembangkan pengobatan yang lebih tepat bagi masyarakat.
Caranya, dengan mengandalkan teknologi pengumpulan informasi genetik (genom) dari manusia maupun patogen seperti virus dan bakteri atau bisa disebut dengan Whole Genome Sequensing (WGS).
Pengembangan WGS ini, kata Menkes, sejalan dengan transformasi bioteknologi dalam aktivitas bio surveillance dan layanan kesehatan yang ditujukan dalam peningkatan deteksi patogen dan memperbaiki pengobatan.
Baca juga: Kemenkes: Gagal Ginjal Akut Dilaporkan Serang Anak 6 Bulan-18 Tahun
Sebelumnya, metode WGS sendiri telah dimanfaatkan dan berperan penting dalam penanggulangan covid-19 di Indonesia.
Peran para donatur
Sementara itu, berdirinya BGSi ini juga tidak lepas dari peran dan dukungan para donatur, seperti The Global Fund, Panin Bank, Biofarma, dan East Ventures, serta melibatkan kolaborator yang terdiri dari Illumina, BGI, Oxford Nanopore Technologies, dan Yayasan Satria Budi Dharma Setia.
Bekerja sama dengan Bill & Melinda Gates Foundation, Illumina mengarahkan reagen senilai lebih dari $500.000 kepada Kemenkes di Indonesia untuk mendukung kegiatan pengawasan genomik Covid-19.
Perlu diketahui bahwa Illumina adalah perusahaan terkemuka dengan produk perangkat penelitian di bidang perunutan genom (genome sequencing).
Dalam keterangan pers, Selasa (18/10), Senior Director Sales Asia Pacific and Japan Illumina, Rob McBride, menyampaikan, donasi tersebut merupakan bagian dari Pathogen Genomic Initiative (PGI) global yang diluncurkan pada tahun 2021 sebagai upaya bersama filantropis antara entitas publik dan swasta.
"Donasi untuk membangun kemampuan kesehatan masyarakat yang penting di bidang yang membutuhkan. Kami juga dianugerahi proyek United Nations Development Program Phase 1 untuk meningkatkan kemampuan genomik dan surveilans penyakit menular di Indonesia," jelas Rob McBride.
"Pengajuan pertama dari Indonesia ke GSAID (Global Initiative on Sharing All Influenza Data) pada awal 2021 (inisiatif untuk mempromosikan berbagi data virus secara cepat) untuk SARS-CoV-2 dilakukan menggunakan rangkaian Illumina dan kami terus menyediakan teknologi untuk yang pertama ini ke GSAID, seperti yang terlihat baru-baru ini dengan virus cacar monyet," pungkasnya.
"Illumina adalah mitra teknologi utama untuk BGSi melalui penyediaan teknologi pengurutan kami. Illumina memiliki sejarah panjang dalam mendukung perkembangan genome sequencing di Indonesia," jelasnya.
Indonesia mengalami lonjakan pesat kasus covid-19 pada pertengahan tahun 2021, yang melumpuhkan sistem kesehatan dan mengakibatkan angka kematian yang signifikan.
"Varian baru virus terus menantang respons pandemi dan kemampuan pengurutan genom menjadi penting bagi manajemen kesehatan masyarakat melalui deteksi dan pemantauan penyebaran," kata Rob McBride.
"Sequensing Illumina dan kami terus menyediakan teknologi untuk yang pertama ini ke GSAID, seperti yang terlihat baru-baru ini dengan virus cacar monyet," katanya.
Sementara itu, Dirjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kementkes, Dr. Dra. Lucia Rizka Andalucia, Apt. M.Pharm., MARS mengatakan, agenda transformasi kesehatan saat ini memang terus ditingkatkan di Indonesia, khususnya bidang teknologi kesehatan melalui bioteknologi genome sequencing (pengurutan gen) ini.
"Pada manusia, gen itu yang paling nyata. Seseorang nanti bisa melihat, misalnya, apakah janin yang berkembang saat hamil membawa gen bagus atau tidak," Lucia.
"Adakah gen membawa potensi kecacatan atau penyakit atau justru gen positif," jelasnya.
"Di sini perkembangan berbasis genome dikembangkan menjadi suatu teknologi yang menjanjikan baik untuk diagnosis atau pengobatan maupun adanya potensi penyakit atau maslaah lain di masa depan," terang Lucia dalam keterangan pers, Selasa (18/10).
Menurut Lucia, setiap individu mempunyai genetik yang berbeda.
Ia menyontohkan, ada dua orang yang mendapat pengobatan kanker diberi obat X dan pengobatan yang sama. Padahal secara genetik ia berbeda. Ke depan, pengobatannya mungkin akan berbeda pada dua orang tersebut.
"Sekarang itu era precision medicine. Jadi, belum tentu seseorang menerima pengobatan atau dosis yang sama. Sebab kadang ada menerima efek samping lebih buruk atau tidak diharapkan. Dengan genome sequence itu, setiap orang bisa mendapat pengobatan yang tepat," jelasnya.
Melalui BGSi, metode WGS akan dimanfaatkan untuk penelitian pengembangan pengobatan pada enam kategori penyakit utama lainnya, yaitu kanker, penyakit menular, penyakit otak dan neurodegeneratif, penyakit metabolik, gangguan genetik, dan penuaan. (RO/OL-09)