Pemerintah mengakui hingga saat ini cakupan layanan air bersih untuk masyarakat belum optimal. Wakil Presiden Ma’ruf Amin mengungkapkan, selama 3 tahun terakhir ini cakupan air minum layak untuk masyarakat hanya naik sebesar 1,5%.
“Tren kenaikan cakupan layanan air bersih masih memerlukan dorongan intensif,” katanya dalam International Conferences and The Launching of Indonesia Water Fund di Jakarta, Senin.
Ma’ruf menyebutkan, berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2021, rumah tangga yang memiliki akses air minum layak baru mencapai 90,78%, di mana sekitar 12% rumah tangga memiliki akses air minum aman, dan kurang lebih 19% memiliki akses air minum perpipaan. Padahal pemerintah telah menetapkan target dalam RPJMN 2020-2024, bahwa 100% rumah tangga memiliki akses terhadap air minum layak pada 2024, termasuk 15% akses air minum aman, dan 30% akses air minum perpipaan.
“Capaian sementara ini patut menjadi alarm bagi kita. Waktu yang tersisa menuju 2024 harus dioptimalkan untuk mendorong percepatan kinerja kita bersama,” tegasnya.
Karena mendesak dan masih tingginya kebutuhan akan air bersih, tambah Ma’ruf, pemerintah menargetkan perbaikan air bersih bagi masyarakat Indonesia melalui sistem ekonomi berkelanjutan. “Sehingga masyarakat dapat memanfaatkan hasil pemerataan layanan air bersih secara nyata,” ujarnya.
Ma’ruf mengapresiasi inisiatif Kementerian BUMN yang telah mengupayakan terobosan melalui program Indonesia Water Fund (IWF) dalam upaya pemenuhan kebutuhan air bersih. “Keberadaan IWF sebagai platform untuk mendukung percepatan investasi penyediaan sambungan air bersih ke rumah-rumah (SR), diharapkan dapat menjadi alternatif solusi bagi Pemerintah melalui pendanaan non-APBN,” jelasnya.
Namun demikian, lanjutnya, pemerintah dan BUMN tidak mungkin bekerja sendiri dalam upaya pemenuhan kebutuhan air bersih. Diperlukan peran serta dari dunia usaha, filantropi, organisasi profesi, akademisi, media, dan lembaga swadaya masyarakat. “Jejaring ini harus dikembangkan dengan kuat dan terkoordinasikan dengan baik,” jelasnya.
Bagi Ma’ruf, akses terhadap air bersih dan sanitasi yang layak adalah variabel vital yang turut menentukan kualitas kesehatan individu. “Faktor ini misalnya akan berdampak 70% terhadap upaya penurunan stunting,” pungkasnya. (OL-12)