06 October 2022, 11:17 WIB

Wapres: Peran Tokoh Agama Penting Atasi Stunting


Emir Chairullah | Humaniora

Wakil Presiden Ma'ruf Amin
 Wakil Presiden Ma'ruf Amin
ANTARA FOTO/Rizal Hanafi

PERAN tokoh agama maupun ulama dinilai sangat krusial dalam menurunkan angka stunting di Indonesia. Pasalnya, saat ini umat beragama di Indonesia menganggap para ulama sebagai salah satu sumber pengetahuan selain penyampai nilai-nilai dan pesan keagamaan.

“Pimpinan organisasi masyarakat Islam, penyuluh agama, da’i, dan da’iyah sangat strategis sebagai sumber ilmu, pendidik, penggerak, dan teladan bagi umat,” kata Wakil Presiden Ma’ruf Amin saat memberi sambutan dalam Halaqah Nasional ‘Pelibatan Penyuluh Agama, Da’i, dan Da’iyah untuk Mendukung Percepatan Penurunan Stunting’ di Istana Wapres, Kamis.

Ma’ruf menyebutkan, angka prevalensi stunting di Indonesia masih terbilang tinggi. Hasil Studi Status Gizi Indonesia 2021 mencatat kurang lebih 1 dari 4 balita Indonesia mengalami stunting.

“(Padahal) stunting berpotensi mendatangkan impak berlipat, karena mengganggu perkembangan otak anak, hingga mengancam raihan produktivitasnya ketika dewasa kelak,” ujarnya.

Artinya, tambah Ma’ruf, stunting bukan sekadar isu kesehatan, melainkan juga problem kemanusiaan, bahkan dapat menghambat perekonomian dan masa depan pembangunan negara. Karena itu, pemerintah secara agresif telah mengambil langkah penanganan stunting.

“Dibutuhkan kerja cepat, kerja cerdas, dan yang terpenting, kerja kolaborasi semua pihak, termasuk partisipasi aktif penyuluh agama, da’i, dan da’iyah,” paparnya.

Apalagi, ungkap Ma’ruf, berdasarkan sebuah survei global terhadap 148 negara pada 2021, Indonesia menempati peringkat ke-7 paling religius di dunia. Bagi mayoritas penduduk kita, agama menjadi kompas yang menentukan tujuan hidup, hingga praktik dalam keseharian.

“Karakteristik masyarakat Indonesia ini menawarkan peluang yang harus kita tangkap, yaitu edukasi melalui pendekatan keagamaan. Apalagi sekitar 87% penduduk Indonesia adalah umat muslim,” jelasnya.

Ma’ruf menjelaskan, para ulama bisa menggunakan khotbah, ceramah, dan tausiah dapat menjadi media tarbiah yang efektif untuk meneruskan pesan-pesan kebaikan kepada umat. “Termasuk edukasi bahaya stunting dan cara mencegahnya,” tegasnya.

Pada kesempatan itu Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo. Hasto Wardoyo menambahkan, angka prevalensi stunting masih di bawah standar yang ditetapkan WHO. “Sekarang ini angka masih berada di 24,4%. Sementara standar WHO hanya 20%,” ujarnya. (Che/OL-09)

BERITA TERKAIT