NOTARIS menjadi bagian tak terpisahkan selama masa pendudukan VOC di Batavia. Banyak peneliti yang fokus pada peran notaris pada abad ke-18 dan ke-19 dan setelahnya. Padahal, masih ada kasanah kekayaan luar biasa yang dulunya banyak tersimpan pada periode abad ke-17 dan ke-18.
"Batavia pada saat itu sebagai kota modern yang menawarkan kepada warganya, misalnya, pelayanan hukum dan pelayanan ini dijalankan kantor notaris. Hal semacam ini sudah terjadi di Batavia, jauh terlampaui kota-kota lain di Asia dan mungkin kota-kota lain di belahan dunia," jelas sejarawan Bondan Kanumoyoso dalam Diskusi Jasmerah Notaris Batavia Abad Ke-17-Ke-18 yang digelar daring, pekan lalu.
Batavia dibangun VOC sebagai pusat jaringan perdagangan Belanda di Indonesia. Di Batavia juga tidak hanya terdapat kantor dagang, tetapi juga dewan-dewan kota, lembaga keagamaan, dan institusi-institusi hukum, salah satunya notaris. Batavia bukan hanya pusat kegiatan kolonial di Indonesia.j
Baca juga: IDI Ungkap Kriteria Penerima Vaksin Cacar Monyet
Arsip Nasional menyimpan banyak sumber primer terkait dengan aktivitas VOC selama di Batavia seperti pengeluaran untuk kehidupan pejabat VOC, gaji para pegawai, dan arsip barang dagangan.
Sumber tersebut jarang mencatat kehidupan masyarakat biasa karena ditulis pegawai notaris Belanda untuk kebutuhan VOC (orang Belanda). Sebaliknya, arsip notaris banyak mencatat kehidupan yang berhubungan langsung dengan masyarakat biasa.
Jumlah notaris yang beroperasi di Batavia ditentukan secara ketat oleh Hoge Regering (pemerintahan tertinggi). Sampai dengan 1650 hanya dua notaris yang diizinkan untuk membuka kantor di Batavia. Pada 1718 ada lima notaris. Sejak 1733 ada empat notaris yang aktif dan satu di antara mereka secara khusus memberikan pelayanan hukum kepada penduduk Ommelanden. Pada 1792 jumlah notaris berkurang menjadi tiga.
"Koleksi langka tentang Batavia yang tersimpan antara lain buku yang berisikan catatan perjalanan orang-orang yang berkunjung ke Kota Batavia. Kedua, buku yang berisi berbagai peraturan yang terkait dengan pengaturan masyarakat kota. Ketiga, buku yang membahas kehidupan masyarakat Kota Batavia dengan bertumpu pada sumber arsip," pungkasnya. (*/H-3)