22 September 2022, 09:45 WIB

Masyarakat Diingatkan Rajin Baca Label Pangan Olahan


Basuki Eka Purnama | Humaniora

ANTARA/Arif Firmansyah
 ANTARA/Arif Firmansyah
Pekerja memasang label pada olahan daging domba dalam kemasan kaleng saat proses produksi di Mitra Tani (MT) Farm, Jawa Barat.

KETUA Umum Perhimpunan Pakar Gizi dan Pangan Indonesia (PERGIZI Pangan) Prof Hardinsyah MS mengingatkan masyarakat agar rajin membaca label kemasan pangan demi mengenali produk-produk pangan olahan yang hendak dikonsumsi.

Dia, dalam sebuah acara di Jakarta, Rabu (21/9), mengingatkan soal  KLIK, yang merupakan akronim dari pastikan (K) kemasan produk dalam kondisi baik, baca informasi produk yang tertera pada (L) label, memastikan memiliki (I) izin edar dari BPOM, dan pastikan belum melewati tanggal (K) kedaluwarsa.

Informasi pada label juga mencakup bahan tambahan pangan (BTP) yakni bahan yang ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan, sebagai contoh bertujuan mengawetkan pangan, memberikan warna, mencegah tengik, dan meningkatkan rasa (kualitas pangan).

Baca juga: Rencana Pelabelan BPA Dinilai Bisa Timbulkan Masalah Baru

"Penggunaan BTP yang tepat sesuai takaran batas aman karena memberikan manfaat teknologi terhadap kualitas pangan sebagaimana diatur oleh Peraturan BPOM No 11 Tahun 2019 tentang Bahan Tambahan Pangan," kata Hardinsyah yang menyandang gelar Guru Besar Ilmu Gizi Universitas IPB itu.

Tidak hanya BTP, label kemasan pun memuat informasi mengenai alergen yakni bahan pangan atau senyawa yang dapat menyebabkan reaksi alergi pada individu tertentu yang memiliki hipersensitivitas terhadap senyawa tersebut.

Sumber alergen pangan dapat berasal dari kacang, susu, telur, ikan, kerang, gandum, bahan tambahan pangan atau bahan terbuat dari pangan tersebut.

"Selama penggunaannya tidak melebihi ambang batas yang ditentukan oleh lembaga yang berwenang dan keberadaannya dikomunikasikan dengan jelas, produk tersebut aman untuk dikonsumsi," tutur Hardinsyah.

Dia mengatakan, reaksi alergi umumnya mempunyai ciri-ciri yang sama antara lain ruam pada kulit, kulit menjadi merah dan bila bertambah parah dapat menyebabkan pasien sulit bernapas.

"Orang yang ada asma tambah parah asmanya, itu bahaya. Kalau mencegah tadi kan kewaspadaan kita setelah pengalaman. Yang penting pada anak-anak terutama usia sekolah, mungkin orangtua yang bisa tahu apa yang diberikan. Kalau ada riwayat berarti kita harus waspada terhadap sumber-sumber tadi," tutur dia. (Ant/OL-1)

BERITA TERKAIT