15 September 2022, 23:14 WIB

5 Update Kasus Cacar Monyet, Dapat Tulari Bayi dalam Kandungan


Mesakh Ananta Dachi | Humaniora

AFP/ERNESTO BENAVIDES
 AFP/ERNESTO BENAVIDES
Kasus cacar monyet

PENYAKIT cacar monyet yang sedang mewabah semakin menyita perhatian khalayak. WHO pun sudah menyatakan kondisi kasus cacar monyet sebagai darurat kesehatan global.

Dalam Simposium Cacar Monyet yang dilangsungkan oleh SEAMEO TROPMED pada Rabu (14/9), terdapat 5 poin penting dan terbaru mengenai kasus tersebut;

1. Ada Kemungkinan Virus Clade I di tengah Masyarakat

Pada umumnya, kasus cacar monyet yang kini menyerang merupakan jenis virus Clade II, tepatnya Clade IIB. Namun, kemungkinan adanya virus Clade I, jenis virus yang sebelumnya banyak terjadi di Afrika, dengan dampak yang lebih besar dari virus Clade IIB, tetap ada. 

“Dari diskusi, ternyata sebagian kasus di Thailand bukan Clade II, jadi memang mungkin saja virus dengan clade yang tidak ringan juga beredar saat ini. Ini perlu jadi perhatian pada 9 suspek kita yang sekarang sedang diperiksa di laboratorium," ungkap Chair of Governing Board SEAMEO TROPMED, Tjandra Yoga Aditama.

2. Dapat Menulari Bayi dalam Kandungan

Virus cacar monyet diberitakan dapat menembus sawar plasenta (ari-ari). Artinya, kemungkinan ibu pengidap cacar monyet dapat menularkannya kepada bayi dalam kandungan. 

3. Di Masa Inkubasi Virus, Tak boleh Donor Darah atau Organ

Masa inkubasi Virus Cacar Monyet dapat berlangsung hingga 21 hari. Oleh karena itu, WHO menyarankan untuk tetap melakukan monitor dan pembatasan interaksi pascakontak fisik dengan pengidap cacar monyet. Di masa inkubasi tersebut juga, terduga dalam pengawasan dan tidak diperbolehkan melakukan donor organ atau darah.

Baca juga: Selama belum Bergejala, Cacar Monyet tidak akan Menular

4. Penularan Dapat Terjadi pada Siapa Saja

Tjandra mengungkapkan petugas kesehatan yang bekerja pada kasus Cacar Monyet juga rentan menjadi korban penularan.

“Data WHO di dunia sejauh ini menunjukkan angkanya 4,5% dari total kasus, dan secara jelas ada bukti bahwa setidaknya tiga orang petugas kesehatan tertular pada waktu merawat pasien cacar monyet,” tutur Tjandra.

5. Penularan Tertinggi Terjadi Pada Hubungan Seksual Antara Pria

Dalam data yang dirilis oleh WHO, melaporkan 90% kasus terjadi pada kelompok hubungan seks antara pria atau “male sex with male” (MSM) dan 40% dari kelompok pengidap cacar monyet dari MSM ini dinyatakan positif HIV. 

Namun, data ini berbeda dengan kasus di Asia Tenggara.

“Tetapi, data dari negara-negara WHO Asia Tenggara menunjukkan ada 2 kasus MSM dan 4 kasus heterosexual,” tukas Tjandra.

Dalam pernyataannya, Tjandra juga menguraikan diperlukannya komunikasi risiko, surveilans epidemiologi, diagnosis dan penanganan kasus, pencegahan penularan berkelanjutan dan ketersediaan vaksin untuk dapat mengatasi kasus cacar monyet di Indonesia.(OL-5)

BERITA TERKAIT