REKTOR Universitas Trisakti Prof. Dr. Ir. Kadarsah Suryadi, DEA mengukuhkan Prof. Dr. Astri Rinanti, SSi., M.T. sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Rekayasa Lingkungan. Acara pengukuhan tersebut dilaksanakan dalam sidang terbuka Universitas Trisakti,vKamis (8/9).
"Dengan ini kami Kukuhkan Prof. Dr. Astri Rinanti, SSi., M.T. sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Rekayasa Lingkungan pada Fakultas Arsitektur Lanskap dan Teknologi Lingkungan Universitas Trisakti," ucap Rektor Prof. Kadarsah.
Prof Astri merupakan Guru Besar ke-64 yang dikukuhkan di lingkup Universitas Trisakti. Hal itu menjadi momentum yang patut disyukuri dengan bertambahnya satu profesor yang benar-benar ahli di bidangnya.
"Semoga denga pengukuhan Prof. Dr. Astri Rinanti, SSi., M.T. sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Rekayasa Lingkungan pada Fakultas Arsitektur Lanskap dan Teknologi Lingkungan Universitas Trisakti akan semakin meningkat peran dan fungsi perguruan tinggi saat ini," kata Kadarsah.
Sementara itu, dalam orasi ilmiah berjudul 'Peran Bioteknologi dalam Rekayasa Lingkungan untuk Mendukung Pembangunan Berkelanjutan', Astri mengungkapkan, tujuan pembangunan berkelanjutan atau sustainable development goals (SDGs) adalah komitmen global dan nasional.
Hal itu merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan menekan dampaknya pada kerusakan lingkungan. Mengingat dewasa ini, ancaman kerusakan lingkungan semakin luas dan cepat.
Lantas, kata dia, pemilihan teknologi menjadi bagian penting sebagai solusi ramah lingkungan. Akan tetapi tidak ada satu teknologi pun yang dapat berdiri sendiri.
"Umumnya rekayasa lingkungan sebagai solusi untuk mengatasi dan mengendalikan permasalahan lingkungan tersebut membutuhkan pendekatan secara fisik, kimia dan biologi. Rekayasa ini dimulai dari pengendalian pada sumber pencemaran hingga penanganan pencemaran yang telah terjadi di lingkungan, baik air, tanah, maupun udara," jelasnya.
Lebih lanjut, dia mengatakan, metode pengolahan secara fisik dan kimia masih memiliki banyak kelemahan. Bahkan, pada beberapa kasus pendekatan tersebut seringkali menimbulkan pencemaran sekunder.
Baca juga : Rektor UP Minta Para Mahasiswa Cepat Lulus dan IPK di Atas 3
Sementara itu, rekayasa lingkungan dengan pendekatan bioteknologi justru sangat menjanjikan untuk memulihkan (meremediasi) lingkungan yang tercemar. Metode ini memanfaatkan aktivitas enzimatis makhluk hidup, terutama mikroba yaitu bakteri, jamur, mikroalga untuk menurunkan konsentrasi dan bahkan menyisihkan pencemar di lingkungan menjadi senyawa yang tidak beracun.
"Bioremediasi dapat terjadi secara efektif jika mikroba secara enzimatik menyerang dan memecah rantai kompleks senyawa pencemar dan kemudian mengubahnya menjadi produk yang tidak berbahaya," tutur Astri.
Bioteknologi lingkungan sangat dibutuhkan di bidang pertanian. Metode ini bisa mengatasi pencemaran yang disebabkan oleh berbagai macam jenis pestisida. Di industri pertambangan juga bisa diimplementasikan dalam penyisihan sianida secara biologis.
Begitu pula dengan pencemaran akibat tumpahan minyak bumi baik di perairan maupun daratan. Pada proses bioremediasi minyak bumi, konsorsium bakteri dan fungi yang bersinergi mampu mendegradasi minyak bumi.
"Bakteri Acetobacter tropicalis dan Lactobacillus casei merupakan kelompok bakteri termotoleran yang memiliki kemampuan untuk tumbuh pada kondisi dengan salinitas tinggi. Sehingga berguna dan memungkinkan untuk bioremediasi air laut dan juga degradasi minyak bumi," sebutnya.
Pencemaran lain seperti akumulasi mikroplastik juga bisa diatasi dengan memanfaatkan pendekatan bioteknologi. Sementara, terkait masalah gas rumah kaca, penelitian berbasis bioteknologi terus dilakukan dengan mengeksploitasi kemampuan mikroalga sebagi agen utama.
Astri menambahkan, peran rekayasa lingkungan tidak sebatas pada tahap perencanaan saja. Rekayasa lingkungan dapat mengisi pembangunan berkelanjutan.
"Tantangan saat ini dan masa mendatang adalah bagaimana mengimplementasikan hasil-hasil penelitian bioteknologi yang telah dilakukan pada skala laboratorium menuju skala yang lebih luas (melibatkan berbagai disiplin ilmu untuk bersinergi)," tandasnya. (OL-7)