18 August 2022, 06:45 WIB

Pasien Cedera Olahraga Sebaiknya Segera Ditangani Secara Agresif


Basuki Eka Purnama | Humaniora

ANTARA/Sigid Kurniawan
 ANTARA/Sigid Kurniawan
Ilustrasi--Pebulu tangkis putri Gregoria Mariska Tunjung mengalami cedera saat tampil di SEA Games 2019.

DOKTER spesialis kedokteran olahraga Antonius Andi Kurniawan menyarankan pasien cedera olahraga segera mendapatkan penanangan agresif dan akurat dari tim medis kompeten untuk memastikan pasien dapat kembali berolahraga tanpa rasa sakit.

"Selain itu juga agar risiko cedera tidak berulang di kemudian hari," ujar doker yang tergabung dengan Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga (PDSKO) melalui siaran pers, Rabu (17/8).

Andi mengatakan, penanganan pertama yang diberikan akan memengaruhi keseluruhan proses pemulihan pasien, mulai dari tingkat keparahan hingga lama durasi proses penyembuhan.

Baca juga: Dokter Jelaskan Penanganan Pertama Kasus Cedera Olahraga

"Untuk itu, dukungan program pemulihan yang terdiri dari modalitas terapi dan terapi exercise yang tepat akan membantu proses penyembuhan pasien jadi lebih cepat," kata dia.

Pada kasus cedera berat yang menyebabkan terjadinya robekan pada tendon, ligamen, dan tulang rawan, hingga robekan rotator cuff atau otot atau tendon yang mengelilingi sendi bahu, diperlukan pemeriksaan penunjang dengan modalitas pencitraan MRI. Hal ini guna mendapat gambaran jaringan lunak dalam tubuh dengan lebih jelas.

Jika didapati adanya kerusakan yang membutuhkan tindakan pembedahan, tindakan operasi minimal invasive dapat dilakukan dengan membuat sayatan kecil untuk menangani bagian yang mengalami cedera.

Dokter spesialis bedah ortopedi konsultan sports injury & arthroskopi dari Sport Medicine, Injury, and Recovery Center RS Pondok Indah & Bintaro Jaya, Andi Nusawarta menuturkan, tindakan minimal invasive memberikan banyak manfaat bagi pasien dengan kasus cedera olahraga berat.

Menurut dia, durasi operasi pada tindakan ini relatif lebih singkat, luka sayatan lebih kecil sehingga meminimalisasi kemungkinan rusaknya otot di area sekitar tindakan.

"Dan waktu pemulihan lebih cepat sehingga pasien dapat segera melanjutkan proses terapi pemulihan selanjutnya dengan lebih nyaman," tutur dia.

Andi menambahkan, tidak hanya penanganan cedera olahraga yang membutuhkan penanganan agresif dan akurat. 

Menurut dia, para pasien yang baru menjalani operasi besar juga membutuhkan terapi pemulihan dan latihan agar dapat kembali beraktivitas dan berolahraga seperti sedia kala. (Ant/OL-1)

BERITA TERKAIT