PENGURUS Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) membentuk Satuan Tugas (Satgas) cacar monyet guna merespons ancaman kesehatan global. Dengan begitu, Satgas PB IDI akan berkolaborasi dengan Kementerian Kesehatan dan enam organisasi profesi yang dipercaya bisa membantu dalam memberikan informasi berupa data kasus.
Selain itu, akan ada pembentukan divisi-divisi analis kecil dari keenam organisasi profesi.
"Divisi kajian untuk membuat rekomendasi-rekomendasi, kemudian akan ada juga buku-buku panduan, baik untuk masyarakat, nakes (tenaga kesehatan), dan lain sebagainya," ungkap Ketua Satgas Cacar Monyet PB IDI Hanny Nilasari, Selasa (2/8)
Baca juga: PB IDI Bentuk Satgas Monkeypox
Satgas PB IDI juga telah mengeluarkan rekomendasikan kepada Indonesia, khususnya pemerintah, tenaga kesehatan, dan juga masyarakat. Berikut adalah rekomendasi tersebut.
Kepada pemerintah
- Memperluas dan memperketat skrining pada pintu masuk pelabuhan, bandara, dan Pos Lintas Batas Darat Negara (PLBDN) dengan melakukan pengawasan terhadap pelaku perjalanan melalui pengamatan suhu, pengamatan tanda dan gejala. Pada pelaku pejalanan dengan kondisi demam, sebaiknya dilakukan pemeriksaan langsung oleh dokter yang bertugas pada pelabuhan, bandara, ataupun PLBDN tersebut.
- Meningkatkan kemampuan laboratorium jejaring dalam diagnostik molekular spesimen pasien yang dicurigai menderita cacar monyet sesuai rekomendasi WHO.
- Meningkatkan edukasi kepada masyarakat terkait epidemi, gejala, cara penularan, dan Cara dan Langkah Pencegahan Pribadi dan Masyarakat
- Meningkatkan kemampuan dalam identifikasi kontak erat pada pasien suspek dan probable cacar monyet
- Memberikan informasi terkini kepada masyarakat mengenai situasi cacar monyet secara berkala dan transparan untuk mencegah terjadinya kepanikan akibat kesimpangsiuran berita.
Kepada Tenaga Kesehatan di Seluruh Indonesia
- Segera laporkan ke Dinas Kesehatan setempat apabila terdapat kasus sesuai dengan kriteria suspek atau probable cacar monyet
- Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan klinis dalam pendekatan diagnosis serta tatalaksana cacar monyet untuk meningkatkan kewaspadaan pada pasien dengan gejala klinis sesuai dengan cacar monyet dan mencegah komplikasi
- Melakukan edukasi terhadap masyarakat mengenai tanda gejala, penularan, dan pencegahan infeksi cacar monyet
- Mendukung dilakukannya contact tracing apabila ada kasus dengan konfirmasi cacar monyet untuk menurunkan risiko penyebaran infeksi cacar monyet
- Tenaga kesehatan menggunakan alat pelindung diri (APD) lengkap ketika menangani pasien dengan kecurigaan cacar monyet, seperti mengenakan masker, serta membersihkan benda dan permukaan yang telah disentuh pasien.
Kepada masyarakat di Indonesia
- Mengurangi risiko penularan dengan selalu melakukan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta protokol kesehatan: menggunakan masker dan menjaga higienitas tangan.
- Hindari kontak langsung dengan hewan penular cacar monyet yang diduga terinfeksi, seperti hewan pengerat, marsupial, dan primata nonmanusia (baik hewan mati atau hidup)
- Biasakan mengonsumsi daging yang sudah dimasak dengan benar
- Pelaku perjalanan yang baru kembali dari wilayah terjangkit segera memeriksakan dirinya jika mengalami gejala dan menginformasikan riwayat perjalanannya kepada tenaga kesehatan
- Jika seseorang mengalami ruam, disertai demam atau gejala klinis dicurigai infeksi cacar monyet, segera hubungi fasilitas pelayanan kesehatan setempat
- Jika seseorang mengalami gejala dan memenuhi kriteria suspek, probable, dan konfirmasi segera isolasi diri hingga gejalanya menghilang dan tidak melakukan kontak erat dengan orang lain selama periode infeksius. Selama periode ini, pasien bisa mendapatkan perawatan suportif untuk meringankan gejala cacar monyet.
- Pada ibu hamil yang mengalami kontak dengan pasien cacar monyet dapat segera melakukan pemeriksaan di rumah sakit untuk mencegah penularan kepada janin.
- Masyarakat diimbau secara sukarela memberikan informasi yang jujur apabila mengalami gejala cacar monyet ataupun memiliki kontak dengan pasien cacar monyet. (OL-1)