16 June 2022, 15:18 WIB

Dukung Presidensi G20, UI Gelar Konferensi Internasional Bahas Rekomendasi Kebijakan


adiyanto | Humaniora

dok Humas UI
 dok Humas UI
Sebagian para pembicara pada Konferensi internasional bertema “Boosting Indonesia’s Role in G20 Presidency 2022”

Universitas Indonesia (UI) mengadakan konferensi internasional bertema “Boosting Indonesia’s Role in G20 Presidency 2022” yang dilaksanakan secara luring dan daring, Rabu (15/6) dan kamis (16/6), di Hotel JW Marriott, Jakarta. Acara ini juga disiarkan langsung melalui YouTube UI.

Dalam pidato sambutan saat membuka konferensi, Wakil Rektor Bidang Riset drg. Nurtami, Ph.D., mengatakan konferensi internasional ini dirancang sebagai forum pertukaran ide.

“Konferensi ini mempertemukan para ilmuwan dan pemangku kebijakan untuk merumuskan policy brief  (rekomendasi kebijakan) dalam mendukung Presidensi Indonesia pada G20.  Merumuskan rekomendasi kebijakan yang berbasis evidence merupakan bentuk kontribusi ilmuwan dalam menerjemahkan hasil-hasil penelitian sehingga memiliki implikasi praktis bagi pemangku kebijakan dan masyarakat,” ujarnya, seperti rilis yang diterima dari pihak UI, Rabu (15/6).

Pada konferensi ini, rumusan policy brief yang telah disusun oleh para peneliti UI dari berbagai bidang ilmu, serta paparan dari enam ilmuwan dunia akan dipresentasikan dan didiskusikan. “Kegiatan ini juga menjadi hub para ilmuwan yang tersebar di seluruh Indonesia untuk menuangkan ide serta gagasan yang InsyaAllah bisa dirumuskan bersama. Dengan ini kami berharap bahwa UI berkontribusi memberikan hasil pemikiran dan hasil riset yang dapat berdampak bagi masyarakat Indonesia maupun global dalam rangka menyambut Presidensi G20 Indonesia 2022,” kata Nurtami.

Staf Ahli Bidang Ekonomi Makro dan Keuangan Internasional dan G20 Finance Deputy, Dr. Wempi Saputra dan Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Multilateral Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan juga selaku Co-Sous Sherpa G20 Indonesia Ferry Ardiyanto, Ph.D, hadir sebagai keynote speaker dalam konferensi internasional hari pertama yang memberikan pemaparan pemantik isu sebagai bahan diskusi.

Berkaitan dengan bahan diskusi pada konferensi, Wempi Saputra, memaparkan update dari enam agenda prioritas Finance Track dan fokus tiga prioritas presidensi G20 Indonesia. “Enam agenda Finance Track, yaitu Exit Strategy, Addressing Scarring Effect, Keuangan Berkelanjutan, Digital Payment, Financial Inclusion, dan Perpajakan Internasional. Selain itu yang menjadi pembahasan dalam Finance Track, yaitu crisis on top meliputi pandemi Covid-19 yang belum selesai dan geopolitical conflict,” katanya.

Ia berharap policy brief dan hasil riset dari UI sebagai masukan bagi Leaders' Declaration di KTT G20 November 2022 yang akan dicantumkan dalam konsesus global.

Wempi mengungkapkan tiga risiko utama di dunia saat ini di dalam Finance Track dari sisi agenda Global Economic and Risk. Risiko pertama adalah risiko geopolitik terkait perang antara Rusia dan Ukraina, yang membutuhkan masukan dari para pakar dan peneliti dari Hubungan Internasional. Risiko kedua adalah dampak ekonomi mikro dari perubahan iklim, dan risiko ketiga adalah tantangan untuk mengatasi pandemi dan luka yang disebabkan berlangsungnya pandemi.

Wempi menjelaskan pandemi menyebabkan luka (scar) pada berbagai sektor perekonomian, di antaranya menurunnya produktivitas dan investasi, job loss, learning loss, dan sektor-sektor lain yang bangkrut.

Menurut dia Indonesia membutuhkan strategi reformasi struktural terintegrasi. Sebagian dari strategi reformasi tersebut akan berujung pada transformasi ekonomi yang pada tahun 2045 Indonesia menjadi negara maju.

Isu selanjutnya adalah Aristektur Kesehatan Global (Global Health Architecture). Pada isu ini, terdapat tantangan untuk menyempurnakan arsitektur kesehatan global dengan memperkuat koordinasi antara Menteri Keuangan dan Menteri Kesehatan. “Para pakar dan peneliti di bidang kesehatan dapat memberikan rekomendasi coordination arrangement between health and finance decision makers yang harus bekerja sama untuk membentuk arsitektur kesehatan global yang baik.

Kemudian penanganan pandemi di masa depan di antaranya pengaturan koordinasi keuangan dan kesehatan untuk pembiayaan pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons pandemi (prevention, preparedness, and response). “Hal ini guna memastikan dunia lebih siap untuk menghadapi pandemi di masa depan,” ujar Wempi. (RO/M-4)

BERITA TERKAIT