DOSEN Oseanografi dan Biologi Laut Fakultas Ilmu Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia (FMIPA UI) Mufti Petala Patria mengatakan sampah mikroplastik mengancam ekosistem dan kesehatan manusia.
"Produksi plastik yang tinggi sebagian besar akan menjadi sampah. Sekitar 8 juta ton sampah plastik akan dibuang atau terdeposit di laut. Sampah di laut banyak yang terdampar di pesisir pantai dan banyak juga yang mengambang terbawa arus di permukaan laut. Plastik-plastik di lautan tersebut sangat mengganggu hewan-hewan laut," jelas Mufti dalam keterangan resmi, Rabu (15/6).
Ia mencontohkan sampah jaring nelayan yang menjerat hewan laut seperti penyu, hiu, dan paus. Selain itu, sampah di laut juga dapat dianggap oleh hewan laut sebagai makanan dan ketika termakan akan mempengaruhi sistem pencernaan hingga menyebabkan kematian pada hewan tersebut.
Baca juga: Temuan Mikroplastik dalam Darah, Indonesia Harus Tuntaskan Masalah Sampah
Mufti juga menyampaikan terdapat juga jenis sampah plastik yang membahayakan bagi biota dan ekosistem laut yaitu mikroplastik.
Mikroplastik merupakan plastik dengan ukurannya lebih kecil dari 5 mm. Mikroplastik sendiri dikelompokkan menjadi dua tipe, yaitu primary dan secondary microplastic.
Dikatakannya, seperti halnya sampah plastik biasa, mikroplastik juga dapat masuk ke dalam tubuh hewan karena dianggap sebagai makanan. Salah satunya adalah kerang laut yang menyaring air laut untuk mengambil bahan makanannya.
Berdasarkan hasil penelitiannya di Muara Kamal, dalam satu kerang hijau dapat mengandung 7 hingga 469 partikel mikroplastik.
Selain itu, mikroplastik juga dapat masuk ke dalam tubuh manusia dari makanan laut yang dikonsumsi. Hal itu menjadi seperti siklus, manusia menghasilkan primary dan secondary microplastic, lalu mikroplastik tersebut terbawa arus hingga lautan dan dimakan oleh hewan laut yang kemudian dikonsumsi oleh manusia kembali.
"Hasil riset pada beberapa hewan percobaan, mikroplastik akan berpengaruh pada perubahan kromosom yang dapat menyebabkan infertilitas, obesitas, dan kanker. Selain itu, mikroplastik juga dapat menyebabkan respon imun yang tidak normal. Hal tersebut mungkin dapat terjadi pula pada manusia," ujar Mufti.
Oleh sebab itu, perlu kesadaran dan keseriusan dalam mengatasi masalah mikroplastik yang tidak hanya mengancam ekosistem laut tetapi juga kesehatan manusia.
Mufti mengatakan hal utama yang bisa dilakukan adalah mengurangi penggunaan plastik, menggunakan kembali plastik (recycle), berpartisipasi dalam kegiatan membersihkan sampah di sungai atau pantai,
mengurangi penggunaan microbeads dalam produk kecantikan, ikut mengampanyekan upaya mengurangi penggunaan plastik, dan mendukung organisasi yang berperan aktif dalam mengurangi sampah plastik. (Ant/OL-1)