DALAM upaya memaksimalkan bonus demografi, peran posyandu dan puskesmas menjadi salah stu kunci untuk menciptakan generasi yang sehat. Melalui kedua faskes tersebut bisa dengan mudah menjangkau masyarakat sehingga faskes lebih dekat dan terintegrasi.
Diketahui pada 2030 Indonesia akan berada di puncak bonus demografi, sehingga peningkatan kapasitas SDM sangat penting dipersiapkan untuk mecapai kualitas SDM di atas rata-rata. Tugas dari Kementerian Kesehatan yakni menjaga agar kualitas kesehatan masyarakat tetap terjaga agar puncak dari bonus demografi tidak terhalang karena faktor kesehatan.
Baca juga: Gobel Sayangkan Masih Terjadi Impor Baju Bekas
Kemenkes telah mencanangkan 6 pilar transformasi yaitu transformasi layanan primer, layanan sekunder, transformasi sistem pertahanan kesehatan, transformasi sistem pembiayaan kesehatan, transformasi sumber daya manusia kesehatan dan transformasi teknologi kesehatan.
"Ini adalah salah satu program di pilar transformasi pertama jadi transformasi sistem kesehatan primer agar menjaga orang hidup sehat ini secara biaya sangat efisien secara kualitas hidup sangat baik," kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam Kick off Integrasi Pelayanan Kesehatan Primer di Gedung Kementerian Kesehatan, Jakarta, Jumat (10/6).
Budi mengatakan dalam progam transformasi pelayanan primer adalah mengkonsolidasikan kelembagaan dengan memanfaatkan posyandu di level primer ada ditingkat kecamatan sebanyak 10 ribu, desa/kelurahan 85 ribuan, kemudian di level terbawah ada 300 ribu masuk ke level dusun, dan RT/RW.
Fokus kedua yakni di level posyandu yang datang rumah ke rumah ada 12 paket layanan kesehatan, posyandu prima di level desa/kelurahan ada 21 paket, dan di level puskesmas ada 30 paket.
"Sehingga yang dulu posyandu hanya fokus ke ibu dan bayi, kini posyandu akan memperhatikan seluruh siklus hidup mulai dari bayi, anak, remaja, dewasa dan lansia. Kemneks menjanjikan akan mempberikan alat-alat penunjang, pelatihan, dan obat-obatannya akan disiapkan," ujarnya.
Selanjutnya Kemenkes akan melakukan digitalisasi secara masif sehingga semua data dari posyandu bisa terekap dengan baik sehingga yang dilakukan adalah pendekatan faktual.
"Sehingga pertama adalah kelembagaannya, kedua fokus layanan, dan ketiga adalah full digitalisasi sehingga mempermudah proses layanan sehingga bisa mengetahui cara mengatasi permasalahan bayi," pungkasnya. (OL-6)