BERBAGAI upaya mendorong optimalisasi penerapan energi baru terbarukan (EBT) serta percepatan target pengurangan emisi gas rumah kaca terus dilakukan sejumlah pihak. Termasuk Media Group Network (MGN) melalui forum Energy Summit 2022.
“Ekosistem global berdampak serius. Ini wake up call. Ini kondisi darurat yang mengharuskan semua negara mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil dan beralih ke energi baru terbarukan,” kata CEO MGN Muhammad Mirdal Akib pada cara Energy Summit 2022 dengan tema ‘Jalan Hijau Menuju Titik Nol Emisi’ di Grand Studio Metro TV, Jakarta Barat, Selasa, 31 Mei 2022.
Mirdal mengatakan untuk mencapai transisi energi diperlukan kolaborasi bersama. MGN terus menyuarakan isu ini secara berkelanjutan hingga masyakarat sadar.
Energy Summit 2022 membahas seputar energi global yang kian kritis, serta berbagai upaya pengoptimalan EBT dan realiasi pengurangan emisi gas rumah kaca.
Baca juga: Nestlé dan KSP Dukung Percepatan Vaksinasi Anak Usia 6-11 Tahun
“Ini mungkin tidak terasa hari ini. Tapi kalau kita biarkan ini akan berdampak serius bagi kita, anak-anak kita, anak dari anak-anak kita, dan keturunan-keturunan kita,” ujar dia.
Sejalan dengan visi dan semangat Energy Summit 2022 dalam menyambut G20 di bulan Oktober mendatang, Nestle Indonesia juga sedang dalam perjalanannya untuk melindungi, memperbaiki, dan memperbarui bumi ini untuk generasi mendatang.
Nestle berkomitmen untuk mencapai nol emisi pada 2050 di sepanjang mata rantai usaha mereka, serta memastikan seluruh kemasan mereka dapat 100% didaur ulang dan mengurangi ⅓ pengunaan resin plastik baru pada 2025.
Setiap tahunnya, pabrik Nestle memiliki target untuk mengurangi penggunaan air dan juga tenaga listrik.
“Kami juga menggunakan sumber renewable, yaitu menggunakan sekam padi untuk menggantikan LNG dan kami akan meresmikan pengunaan untuk pabrik di Karawang pada tanggal 7 Juni mendatang,” kata Presiden Direktur PT Nestle Indonesia Ganesan Ampalavanar saat menjadi pembicara di acara MGN Energy Summit 2022.
Sekam padi yang biasa dibakar di sawah akan digunakan sebagai bahan bakar biomasa untuk mesin boiler, dan sisa hasil pembakaran akan diberikan kembali untuk digunakan sebagai pupuk oleh petani beras.
Sedangkan untuk komitmen akan kemasan, Ganesan memaparkan “Sejak 2020 kami menjadi perusahaan pertama di Indonesia yang sudah menggunakan 100% sedotan kertas pada produk UHT. Kami berkomitmen menggunakannya meskipun dengan harga produksi yang 7 kali lebih mahal ketimbang sedotan plastik. Kami bangga akan komitmen ini!”
Nestle memulai perjalanan menuju nol emisi dari proses pengadaan bahan baku untuk memastikan keberlanjutannya dengan menggunakan pendekatan pertanian regeneratif yang memperbaiki lingkungan dan juga memberikan manfaat bagi petani.
“Praktik ini mendorong kami untuk memastikan dapat menggunakan tanah yang sama, bagaimana memelihara tanah itu, sehingga menambah produktivitas. Jadi petani bisa sekaligus dapat living income yang lebih baik.” Sejak 2010,
Nestle juga terus membangun kubah biogas di area mitra peternak untuk mengolah limbah ternak agar tidak mencemari lingkungan dan diolah menjadi gas untuk memasak, menggantikan kayu bakar dan LPG.
Lebih lanjut lagi, upaya Nestle tidak hanya berhenti pada area operasional. Nestle telah mendukung 13 Tempat Pengolahan Sampah (TPS) di Jawa Timur, Jawa Barat, dan Jakarta untuk meningkatkan sistem pengelolaan sampah yang lebih baik.
Keberadaan TPS ini merupakan kerja sama dengan pemerintah daerah setempat untuk mendukung ambisi Indonesia dalam menjawab tantangan pengolahan sampah.
Fasilitas TPS akan mengelola sampah kemasan pasca konsumsi dan juga sampah organik untuk mengurangi beban Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
“Nestle tidak tahu semua jawaban, tapi kami tidak boleh berhenti. Kami terus melakukan test and learn karena sudah tidak bisa menunggu lagi, harus bisa membuat solusi hari ini untuk esok. Sustainability adalah perjuangan yang belum selesai dan akan terus kami lakukan, demi generasi mendatang,” tutup Ganesan. (RO/OL-09)