WAHANA Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Sulawesi Tengah, meminta pemerintah daerah dan Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) seriusi ancaman buaya terhadap warga yang beraktivitas di laut.
Direktur Walhi Sulteng, Sunardi mengatakan, fenomena perkembangan buaya di pantai Teluk Palu (Palu hingga Donggala), jika tidak dikendalikan akan berbahaya bagi manusia.
“Jika dilihat kurun satu bulan sejak Mei dan April 2022, sudah ada tiga warga yang bekerja sebagai nelayan tewas dengan waktu tidak terlalu jauh akibat digigit buaya,” terangnya dalam siaran pers yang diterima Media Indonesia di Palu, Selasa (2/6).
Baca juga: 95,7% Jamaah Haji Sehat dan Siap ke Tanah Suci
Menurut Sunardi, terakhir pada Minggu (31/5) lalu, satu lagi warga menjadi korban. Di mana, seorang nelayan saat hendak memanah ikan diterkam buaya diperairan Donggala, tepatnya di Desa Ogoamas, Kecamatan Sojol Utara.
“Sebelumnya (7/5) lalu warga asal Loli Saluran, Kecamatan Banawa, Donggala meregang nyawa akibat dimangsa di sekitar Dermaga Pusat Pelelangan Ikan (PPI) tidak jauh dari objek wisata Tanjung Karang,” sebutnya.
Lebih lanjut Sunardi, kejadian serupa terjadi sekitaran dermaga Lpg Mamboro Palu Utara pada (28/4) lalu, di mana saat korban sedang memanah ikan diterkam buaya.
Selain itu, pada (13/12) lalu seorang warga sedang mandi terapi air laut di Pantai Talise, Teluk Palu diterkam buaya hingga terluka di tangan.
“Dan pada November 2021 warga Dalaka Donggala tengah memanah ikan tiba-tiba tewas diterkam buaya dan diseret ke tengah laut,” ungkapnya.
Tidak sampai di situ, bulan November 2020 silam reptil buas tersebut juga pernah merangsek kepelataran parkir Palu Gram Mall (PGM) Palu hingga membuat para pengunjung mall panik.
Sunardi menilai, kejadian itu sangat mengkhawatirkan sepanjang Teluk Palu hingga Tanjung Karang Donggala, dikenal tempat wisata maupun tempat mencari ikan para nelayan, telah menjadi lalu lintas buaya yang diduga berasal dari sungai Palu.
“Oleh karena itu ini perlu jadi perhatian pemerintah provinsi bersama BKSDA Sulawesi Tengah dalam penanganan satwa liar tersebut,” tandasnya.
Berdasarkan data BKSDA Sulteng, hingga 2022 tidak kurang dari 36 ekor buaya hidup di sungai Palu. Namun, jumlah tersebut diperkirakan telah bertambah oleh tim pencinta reptil Panji Petualang saat mengunjungi sungai Palu beberapa waktu lalu. Mereka memperkirakan jumlah buaya di sungai Palu sudah mencapai 100 ekor. (H-3)