21 May 2022, 11:28 WIB

Tidak Patuh Minum Obat Sebabkan Tekanan Darah Penderita Hipertensi Naik


Mediaindonesia.com | Humaniora

DOK Omron.
 DOK Omron.
Sebanyak 53% perempuan dan 62% pria dengan hipertensi atau sekitar 720 juta orang tidak menerima pengobatan yang dibutuhkan.

HIPERTENSI atau tekanan darah tinggi masih merupakan tantangan besar dalam dunia kesehatan. Penyakit ini masih memiliki prevalensi yang tinggi di tingkat global maupun Indonesia. Selain faktor risiko seperti usia, jenis kelamin, genetika, serta gaya hidup tidak sehat, faktor kesadaran untuk memonitor tekanan darah secara rutin dan kurangnya kepatuhan terhadap pengobatan hipertensi membuat kasusnya terus meningkat.

Studi dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan jumlah penderita hipertensi berusia 30-79 tahun telah bertambah dari 650 juta menjadi 1,28 miliar orang dalam tiga dekade terakhir. Studi ini juga mengungkapkan bahwa sebanyak 53% perempuan dan 62% pria dengan hipertensi atau sekitar 720 juta orang tidak menerima pengobatan yang dibutuhkan.

Di Indonesia, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 mendapati bahwa hanya separuh (54%) penderita hipertensi yang rutin minum obat antihipertensi. Sebanyak 32,27% mengatakan tidak rutin minum obat dan 13,33% malah mengaku tidak pernah minum obat sama sekali.  

Dalam rangka memperingati Hari Hipertensi Sedunia 2022 mengusung tema Measure your blood pressure, control it, live longer, Omron Healthcare Indonesia berkolaborasi dengan Kelompok Kerja (Pokja) Hipertensi dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (Perki) dan Yayasan Jantung Indonesia (YJI) berupaya mendorong pengendalian tekanan darah serta kepatuhan terhadap pengobatan hipertensi sebagai kunci optimal untuk mengontrol hipertensi. Spesialis Jantung dr. Devie Caroline, Sp.JP.FIHA mengatakan, kepatuhan minum obat yang kurang optimal merupakan salah satu alasan penderita hipertensi menjadi tidak terkontrol tekanan darahnya. 

"Data menunjukkan bahwa hanya sekitar 50% dari pasien hipertensi yang patuh minum obat. Banyak faktor yang memengaruhi kepatuhan minum obat. Beberapa alasan penderita hipertensi tidak minum obat antara lain karena penderita hipertensi merasa sehat, lupa minum obat, penderita memilih obat tradisional dan selain itu takut efek samping obat. Oleh sebab itu diperlukan beberapa strategi supaya penderita hipertensi menjadi patuh minum obat," ujar dr. Devie dalam webinar WHD 2022 pada Jumat (20/5). 

Hal senada diungkapkan Ketua Pokja Hipertensi Perki dr. Badai Bhatara Tiksnadi, MM, Sp.JP (K), FIHA. Menurutnya, tekanan darah seseorang harus terkontrol dengan target sesuai dengan penyakit penyertanya. "Pasien hipertensi sebaiknya tetap meminum obat hipertensi yang disarankan dokter untuk menjaga tekanan darahnya tidak naik. Harus dipastikan bahwa diagnosis hipertensi dilakukan dengan teknik pengukuran yang benar dan akurat. Selain obat-obatan, pengendalian tekanan darah dapat dilakukan dengan cara nonfarmakologis seperti menggunakan alat pengukur tekanan darah digital, pembatasan asupan garam, latihan fisik intensitas sedang yang teratur, dan mencapai berat badan ideal. Pemantauan tekanan darah secara teratur di rumah merupakan cara yang efektif untuk mendeteksi dan mengelola hipertensi untuk mencegah berbagai macam komplikasi kesehatan yang berbahaya, seperti penyakit jantung, stroke, dan kematian," ujar dr. Badai. 

Direktur Omron Healthcare Indonesia Tomoaki Watanabe merasa senang sekali pihaknya dapat berpartisipasi dalam peringatan Hari Hipertensi Sedunia 2022 dan berkomitmen terus meningkatkan kesadaran masyarakat tentang manfaat pemantauan tekanan darah secara rutin di rumah. "Kami juga ingin mengingatkan bahwa monitoring tekanan darah harus diikuti dengan perubahan gaya hidup dan tindakan pengobatan untuk memastikan pengelolaan hipertensi dalam batas normal," tuturnya. Hal ini sejalan dengan misi Omron untuk menciptakan dunia yang bebas dari penyakit kardiovaskular (Going fo Zero melalui perawatan preventif) dengan membiasakan pemantauan tekanan darah secara teratur, mengontrol hipertensi secara aktif, dan melakukan langkah-langkah menuju perubahan perilaku untuk mengatasi kebiasaan-kebiasaan yang dapat meningkatkan risiko sarangan jantung. 

Baca juga: Covid-19 Tingkatkan Risiko Pembekuan Darah hingga Enam Bulan

Tiga inisiatif Omron untuk mewujudkan visi Zero itu ialah terus berkontribusi dalam pengendalian hipertensi dengan merancang perangkat-perangkat inovatif ditandai dengan adanya lebih dari 50 paten teknologi. Kemudian evolusi pengobatan penyakit kronis melalui percepatan layanan Remote Patient Monitoring (RPM) serta mengembangkan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk menganalisa data-data vital tubuh di rumah demi mendukung diagnosis dan perawatan pasien hipertensi. 

"Kami berkomitmen untuk berkontribusi dalam menurunkan jumlah event (peristiwa) yang berujung pada kematian atau menyebabkan pasien dirawat di rumah sakit hingga nol. Kami menantang diri sendiri untuk mengembangkan perangkat dan layanan yang memungkinkan orang mendeteksi hipertensi dan aritmia yang merupakan faktor risiko pada tahap awal dan mencegah timbulnya kejadian dengan mendukung setiap orang meningkatkan kebiasaan gaya hidup sehat serta menambah nilai pada pengelolaan kesehatan di rumah melalui monitoring. Kami percaya hal ini akan membantu mengurangi beban pasien dan keluarga mereka serta berkontribusi pada kehidupan yang lebih sehat dan memuaskan," tutup Tomoaki Watanabe. (RO/OL-14)

BERITA TERKAIT