PADA 7 Mei 2022 lalu, Inggris melaporkan ke Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) ada salah satu warganegaranya terpapar virus cacar monyet (monkeypox) setelah melakukan perjalanan ke Nigeria dan kembali ke Inggris.
Virus cacar monyet diketahui adalah Zoonosis sylvatic dengan infeksi manusia insidental yang biasanya terjadi secara sporadis di bagian hutan Afrika Tengah dan Barat. Virus monkeypox termasuk dalam famili orthopoxvirus yang dapat ditularkan melalui kontak dan paparan droplet yang dihembuskan.
Penularan juga bisa berasal dari kontak dengan hewan hidup dan mati melalui perburuan dan konsumsi hewan liar. Masa inkubasi cacar monyet biasanya dari 6-13 hari tetapi bisa mencapai 21 hari.
Ahli menyebut bahwa penyakit ini sering sembuh dengan sendirinya dalam waktu 14-21 hari. Gejala yang ditimbulkan bisa ringan atau parah, seperti gatal atau nyeri.
"Sebetulnya kasusnya belum terbilang berat karena terdeteksi cepat atau masih awal dan ini contoh bagaimana pentingnya skrinning di pintu masuk negara, terutama ada warga negara yang melakukan perjalanan ke wilayah yang mengalami wabah," kata Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman kepada Media Indonesia, Rabu (18/5).
Menurutnya skrinning harus menjadi perhatian dan pembelajaran untuk Indonesia bahwa mengatasi suatu penyakit bisa dilakukan sejak di bandara. Skrinning bisa dilakukan melalui deteksi suhu atau random sampling.
Yang melakukan sampling dan pemeriksaan juga harus menggunakan pelindung diri agar cepat diisolasi dan minimalisir. Selain itu juga bisa dilakukan PCR dan swab. Untuk kasus monkeypox ada bintik yang berisi cairan, jadi cairan tersebut bisa diambil kemudian diperiksa.
"Ini merupakan jarang dan tidak umum. Monkeypox ini termasuknya zoonosis yang jarang sekali menginfeksi manusia sebetulnya kecuali di daerah perbatasan hutan Afrika Barat atau Tengah," ujar Dicky.
Penularan bisa melalui kontak, droplet, memakan daging buruan. Sebetulnya penyakit ini merupakan gejala ringan dan bisa sembuh dengan sendiri, namun beberapa kasus bisa meningkat dan berbahaya.
"Akan menjadi masalah jika monkeypox ini menular ke wanita hamil hingga menyebabkan keguguran. Pada beberapa kasus anak terjadi gejala yang lebih parah," katanya.
Oleh itu sebabnya kewaspadaan di bandara atau skrinning awal menjadi penting. Meski kasus yang terbilang jarang dan angka kematian pun tidak terlalu tinggi tapi sebagaimana penyakit virus akan menjadi masalah karena berpotensi menjadi parah.
Kemudian yang harus dilakukan adalah melakukan deteksi dini di pintu masuk untuk melakukan penguatan, karena selama ini belum ada imunitas untuk monkeypox dan tidak tersedia dengan banyak. Pelaku perjalanan dari Indonesia ke Afrika sebaiknya harus divaksin terlebih dahulu.Kementerian Kesehatan juga harus berkonsultasi dengan WHO untuk kasus monkeypox ini selain juga membangun surveillance. (H-1)