DALAM penyelesaian tugas akhir skripsi, sebuah studi yang dilakukan pada 5 perguruan tinggi yang memiliki Fakultas psikologi di kota Semarang ditunjukkan bahwa salah satu yang dapat mendorong dan membantu mahasiswa untuk dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi adalah ketika topik atau judul skripsi diberikan keleluasaan pada mahasiswa untuk memilih dan mendapatkan dukungan dosen yang kompeten pada topik yang dipilih oleh mahasiswa.
Menurut Dekan Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana (UMB) Intan Savitri minat mandiri mahasiswa dan dorongan atau monitoring dari dosen yang berkompeten memang menjadi hal penting.
“Mengambil topik berdasarkan minat mahasiswa sendiri tentu membutuhkan kemampuan untuk melihat dan merumuskan masalah yang merumakan aspek pertama dari ketrampilan berpikir kritis,” katanya.
Berdasarkan studi (Reynders et.al, ) menyatakan bahwa melatih ketrampilan berpikir kritis dapat dilakukan dengan strategi peningkatan kemampuan belajar dengan berpikir kritis, yakni memberikan persoalan nyata (fenomena) di masyarakat untuk kemudian diberikan arahan untuk melakukan evaluasi (menilai seberapa relevan, dan dapat diandalkan sebuah informasi) fenomena tersebut, menganalisa (menginterpretasikan dan mengekstraksi hal relevan) terkait fenomena tersebut, melakukan sintesa (mengaitkan berbagai informasi tersebut untuk mendukung argumentasi baru), berargumentasi (menyatakan pendapat yang didukung logika dan data) untuk menyajikan solusi.
Baca juga : Respons Kebutuhan Pasar Kerja, USNI Siapkan Empat Prodi Unggulan
Berdasarkan permasalahan tersebut, Fakultas Psikologi Universitas Mercubuana melakukan kegiatan pengabdian masyarakat berupa Workshop Berpikir Kritis bekerjasama dengan University of Malaysia Sabah (UMS) Malaysia.
“Kegiatan yang dibiayai penuh oleh skema Pengabdian Masyakarat Kerjasama-Luar Negeri. Dari Universitas Mercubuana ini di hadiri total 80 mahasiswa dari yang berkuliah di Daerah Khusus Ibukota Jakarta dan Sabah Malaysia. Bahkan, salah satu peserta Peserta menyatakan bahwa kegiatan ini perlu diadakan lebih sering, karena mahasiswa terkendala dengan model-model kuliah yang kurang fleksible tidak menekankan pada pemikiran kritis dan pembelajaran berbasis pengalaman,” ujar Intan.
Ia berharap dengan adanya kegiatan itu, dapat membawa dampak positif bagi para mahasiswa, khususnya tingkat akhir untuk mampu berpikir kritis dan memiliki kreatifitas dan keberanian dalam segala hal.
"Sebab hidup di era digital, tidak hanya membutuhkan kecerdasan tetapi juga daya pemikiran kritis, kreatifitas dan keberanian untuk konsistensi mewujudkannya," tuturnya. (RO/OL-7)